Skip to main content

URGENSI TARBIYAH DZATIYAH








1. Menjaga diri mesti didahulukan daripada orang lain. 


Tarbiyah seorang Muslim terhadap dirinya tidak lain adalah upaya melindungi dirinya dari siksa Allah SWT dan neraka-Nya. Tidak diragukan lagi, bahwa menjaga diri sendiri itu mesti lebih diutamakan daripada menjaga orang  lain. Ini sama persis dengan apa yang dikerjakan seseorang jika kebakaran terjadi di rumahnya, semoga ha! itu tidak  terjadi, atau di rumah orang lain, maka yang pertama kali ia pikirkan ialah menyelamatkan diri sendiri.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ ٦

"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (Q.S. At-Tahrim: 6)

Arti menjaga diri dari neraka, seperti dikatakan oleh Ibnu Sa'di -Rahimahullah- ialah dengan mewajibkan dirinya mengerjakan perintah Allah menjauhi larangan-Nya dan bertaubat dari apa yang dimurkai dan mendatangkan siksaan-Nya. Inilah makna Tarbiyah Dzatiyah dan salah satu  tujuannya.

2.  Jika Anda tidak mentarbiyah (membina) diri Anda,siapa yang akan mentarbiyah Anda? 

Siapa yang mentarbiyah seseorang saat ia berusia lima belas tahun, dua puluh tahun, tiga puluh tahun atau lebih? Sebenarnya, bila seseorang tidak mentarbiyah dirinya sendiri, maka tidak ada orang lain yang akan mentarbiyah atau mempengaruhinya? lni karena orang tuanya secara khusus, atau manusia pada umumnya, berkeyakinan bahwa ia telah dewasa, lebih tahu apa yang lebih mendatangkan kemaslahatan dirinya atau mereka ( orang tua dan manusia lainnya) sibuk dengan pekerjaan mereka, hingga tidak punya waktu untuk mengurusinya. Walhasil jika ia tidak mentarbiyah dirinya sendiri, maka ia akan kehilangan waktu­ waktu ketaatan dan moment-moment kebaikan. Hari dan umur terus mengalir, sedang ia gagal mengetahui titik lemah dan ketidakberesan dirinya, atau berusaha ke arah kesempurnaan manusiawi yang ia cari. Akibatnya, ia merugi  pada saat kematian menjemput. Allah berfirman: 

يَوۡمَ يَجۡمَعُكُمۡ لِيَوۡمِ ٱلۡجَمۡعِۖ ذَٰلِكَ يَوۡمُ ٱلتَّغَابُنِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ وَيَعۡمَلۡ صَٰلِحٗا يُكَفِّرۡ عَنۡهُ سَيِّ‍َٔاتِهِۦ وَيُدۡخِلۡهُ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ٩

"Jngatlah hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan kalian pada hari pengumpulan (untuk dihisab) " (Q.S. At­ Taghabun: 9) 

Hisab pada Hari kiamat oleh Allah  kepada harnba­ hamba-Nya bersifat individual, bukan bersifat kolektif. Artinya setiap orang kelak dimintai pertanggungan jawab tentang diri dan sepak terjangnya, amal baik atau amal buruknya. Ia sendiri yang akan menanggungnya, kendati mengklaim bahwa orang lainlah yang menjadi penyebab kelalaian, kesesatan dan penyimpangannya. Dan dengan pengakuan seperti ini, ia wajib dihisab bersamanya.  Allah berfirman: 

 وَكُلُّهُمۡ ءَاتِيهِ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ فَرۡدًا ٩٥

 "Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada Hari Kiamat dengan sendiri-sendiri." 
(Q.S. Maryam: 95) 


وَكُلَّ إِنسَٰنٍ أَلۡزَمۡنَٰهُ طَٰٓئِرَهُۥ فِي عُنُقِهِۦۖ وَنُخۡرِجُ لَهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ كِتَٰبٗا يَلۡقَىٰهُ مَنشُورًا ١٣ ٱقۡرَأۡ كِتَٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبٗا ١٤

Dan tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) di lehernya dan kami keluarkan baginya pada Hari Kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu. 
(Q.S. Al-Isra': 13-14)

Disebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah SAW bersabda

"Setiap orang dari kalian pasti diajak bicara Tuhannya, tanpa penerjemah diantara keduanya"
(Muttafaq Alaih) 

Karena itu, barangsiapa mentarbiyah dirinya, Insya Allah hisabnya akan diringankan dan selamat dari siksa dengan rahmat dari Allah

4. Tarbiyah Dzatiyah itu lebih mampu mengadakan perubahan. 

Setiap orang pasti punya aib, kekurangan atau pemah melakukan kelalaian dan maksiat, baik maksiat kecil atau besar. Jika masalahnya seperti itu, maka ia perlu memperbaiki seluruh sisi negatif pada dirinya sejak awal, sebelum sisi negatif tersebut membengkak, sehingga seseorang tidak sanggup meluruskan kesalahan-kesalahannya itu atau memperbiki aib-aibnya dengan sempurna dan permanen. Dan ha! itu hanya bisa dilakukan dengan upaya perbaikan melalui tarbiyah dzatiyah, karena dialah yang lebih tahu akan dirinya dan lebih paham dengan rahasia yang terkandung dalam dirinya, sebagaimana iapun -bila ingin melakukan tarbiyah- lebih mampu mengendalikan dirinya menuju jalan hidup tertentu, perilaku utama dan aktifitas yang bermanfaat. 

5. Tarbiyah Dzatiyah adalah sarana tsabat (tegar) dan istiqomah. 

Dengan izin Allah Tarbiyah Dzatiyah adalah sebab pertama yang membuat seorang Muslim mampu tsabat (tegar) di atas jalan iman dan petunjuk hingga akhir hayat. Tarbiyah Dzatiyahjuga merupakan garis pertahanan terdepan melawan beragam fitnah dan bujuk rayu, yang menyerang seorang Muslim pada zaman dewasa irn dengan membujuknya tanpa henti untuk melakukan penyimpangan, gugur (di jalan dakwah), lemas, malas, merasa takut akan masa depan dan puttis asa dengan realitas sekarang. Di aspek ini, perumpamaan Tarbiyah Dzatiyah ialah seperti pohon, yang j ika akar-akarnya menancap kuat di bumi, maka pohon tersebut tetap kokoh kendati terkena angin dan badai. 

6. Sarana dakwah yang paling kuat pengaruhnya. 

Esensinya, setiap Muslim dan Muslimah adalah da'i (penyeru) ke jalan Allah. Ia memperbaiki kondisi yang ada, mengajar, memberi taujih (arahan) dan melakukan tarbiyah, sebanyak ilmu dan sebatas kemampuan yang ia miliki. Agar ia diterima manusia, baik sanak kerabatnya atau orang lain, dan agar memiliki kekuatan untuk melakukan perbaikan dan perubahan dalam kehidupan mereka, maka ia perlu bekal yang kuat dan pengaruh yang besar. Dan, cara efektif untuk mendakwahi mereka dan mendapatkan respon adalah menjadi qudwah (panutan) yang baik dan teladan istimewa dalam aspek iman, ilmu dan akhlaknya. Teladan yang tinggi dan pengaruh kuat tersebut tidak dapat dibentuk oleh
banyaknya khutbah dan ceramah saja. Namun, dibentuk oleh Tarbiyah Dzatiyah yang benar. 

7. Cara benar untuk memperbaiki realitas yang ada. 

Adakah di antara kaum Muslimin yang tidak merasa prihatin dengan kondisi yang ada pada umat Islam di berbagai aspek kehidupan mereka, baik aspek keagamaan, ekonomi, politik, komunikasi, sosial atau aspek-aspek lainnya? Jawabnya tentu tidak ada, tapi bagaimana kiat  memperbaiki realitas pahit yang dialami umat kita sekarang?
Apa langkah efektif untuk berjalan dengan arah yang benar menuju perbaikan? Apakah dengan cara mengeluh dan menyesal saja? Atau dengan ringkas tanpa mengenyampingkan usaha dan sarana lain- dimulai dengan Tarbiyah Dzatiyah, yang dilakukan setiap orang, laki-laki maupun wanita terhadap dirinya, secara maksimal, syumul (universal) dan seimbang. Karena jika setiap individu itu baik, maka baik pula keluarga dengan izin Allah. Lalu, dengan sendirinya, masyarakatpun menjadi baik. Begitulah pada akhirnya realitas yang ada menjadi baik secara total, sedikit demi sedikit. 

8. Keistimewaan Tarbiyah Dzatiyah.

Pada akhirnya, urgensi Tarbiyah Dzatiyah lainnya ialah mudah diaplikasikan, sarana-sarananya banyak dan selalu ada pada setiap Muslim di berbagai waktu, kondisi dan tempat, seperti akan dijelaskan kemudian. Ini berbeda dengan Tarbiyah Ammah (pembinaan umum) yang punya waktu­ 
waktu tertentu atau tempat-ternpat khusus. 

Comments

Popular posts from this blog

INDIBATH (Disiplin)

Oleh : Asfuri Bahri Al-Indibath Az-Dzati Indibath adalah ciri utama yang menopang keberlangsungan dunia kerja seseorang. Tanpa indibath seseorang tidak mungkin mampu mencapai kesuksesan yang pernah menjadi impian dalam hidupnya. Ada beberapa pengertian tentang indibath. Di antaranya, indibath adalah kedisiplinan diri atau penguasaan terhadap diri seperti yang disebutkan dalam sebuah atsar, “Jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu.” (Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad melawan nafsu). Rasulullah memuji orang yang senantiasa mempunyai control dalam kondisi pelik dan tidak terbawa oleh nafsu syahwat. Beliau bersabda, إن الله يحب البصر الناقد عند ورود الشبهات والعقل الكامل عند هجوم الشهوات “Sesungguhnya Allah menyukai pandangan yang kritis di saat banyaknya syubuhat dan otak yang sempurna di saat serangan syahwat.” Mengendalikan diri adalah tahapan pertama dan terakhir untuk merealisasikan kesuksesan hidup. Karena pada dasarnya mu...

Jika Kacang Lupa Kulitnya

Hal yang wajar bila seorang makin berharap menjadi kaya, orang bodoh bercita-cita menjadi pintar, pejabat rendahan menginginkan jabatan yang tinggi. Seorang pengangguran ingin cepat mendapat pekerjaan tetap, seorang politisi ingin segera mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Semua keinginan di atas wajar dan boleh-boleh saja. Agama tidak melarang. Bahkan Allah membuka pintu do'a bagi mereka yang punya berbagai harapan. Jika dimohon dengan sungguh-sungguh, Allah pasti mengabulkan. Adapun banyak sedikitnya, dalam tempo segera atau ditunda, semua bergantung pada kemurahan Tuhan. Pada dasarnya semua yang ditimpakan kepada manusia baik atau buruk adalah ujian. Tapi ternyata hanya mereka yang ditimpa keburukan saja yang merasa diuji, sementara yang diberi kebaikan merasa dikasihi. Padahal bisa jadi yang ditimpa keburukan itu justru yang menjadi kekasih Tuhan. "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada K...

Tujuan Tarbiyah bagi Keluarga

Selain tujuan tarbiyah untuk pribadi wanita muslimah, tarbiyah juga memiliki tujuan yang berkaitan dengan keluarga. Berikut adalah tujuan tarbiyah wanita muslimah bagi keluarga: a.         Mendapatkan suami yang mengaplikasikan syar’iyah dan mendukung dakwah             Islam meletakkan pernikahan sebagai bagian yang utuh dari keberagamaan seseorang, artinya dengan seseorang beragama Islam padanya dikenakan aturan pernikahan. Rasulullah saw pernah bersabda :                   “Wahai para pemuda, barangsiapa telah mampu di antara kalian hendaklah melaksanakan pernikahan, karena ia dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan (kehormatan). Barangsiapa tidak mampu hendaklah berpuasa, karena ia menjadi benteng perlindungan”  (Riwayat Bukhary, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i). Sebagian ulama kita mem...