Da’wah sebagai suatu aktifitas yang diridhai
Allah SWT selalu menghadapi tantangan-tantangan dari musuh-musuh Islam.
Tantangan itu sendiri merupakan realisasi adanya pergulatan antara Haq dan Bathil yang tetap berlangsung
di alam semesta.
1. Da’wah menghadapi “Kejiwaan Manusia” (an nafsul
basyariyah) dengan semua atributnya.
Jiwa manusia memiliki perangkat-perangkat yang istimewa. Disana ada
tabiat yang mengungkungnya, ada kecenderungan-kecenderungan yang merupakan
interaksi dengan alam sekitar, ada ghariezah
(instink ) sebagai bawaan fitrahnya dan syahwat yang sering
menjerumuskannya pada perbuatan negatif.
Da’wah membimbing dan
memimpin jiwa untuk tunduk pada syariat Allah. Menumbuhkan dan mengembangkan
tabiat yang baik dari objek da’wah, dan
memandulkan sifat-sifat buruknya. Da’wah mengarahkan kecenderungan (muyul) agar tertuju pada yang diridhai
Allah. Ia memenuhi kebutuhan ghariezah sesuai hidayah Allah. Pendek kata,
da’wah menuntun jiwa mencapai kesempurnaan, hingga mencapai derajat nafsul muthma’innah.
“Demi jiwa serta penyempurnaanya. Maka Kami ilhamkan
pada jiwa itu jalan fujur (kefasikan) dan jalan taqwa. Maka sungguh beruntung
mereka yang mensucikan jiwanya. Sungguh merugi mereka yang mengotori jiwanya”. (91 : 7 – 10)
Penyempurnaan jiwa manusia
menjadi aktifitas utama da’wah Islam. Karena perubahan suatu ummat (bangsa)
hanya akan dicapai melalui perubahan kejiwaan. Jiwa-jiwa yang statis dari suatu
masyarakat akan menenggelamkan masyarakat itu dalam kejahilan. Perubahan kejiwaan
adalah syarat mutlak menuju masyarakat yang lebih baik.
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum
hingga mereka merubah kondisi kejiwaan pada diri mereka sendiri”. (13 : 11)
Sesungguhnya daya tarik
jahiliyah dewasa ini begitu kuat. Orang mudah sekali terjerumus dalam
lumpurnya. Segala jalan menuju kemurkaan Allah tersedia dikanan dan kiri kita,
fasilitas kebatilan mudah dijangkau di mana saja. Sedangkan untuk menuju ridha
Allah, rintangan dan gangguan selalu menanti, menyurutkan orang-orang berpribadi
lemah untuk terus maju. Jiwa yang dikendalikan syahwat amat gandrung pada
kondisi ini. Akibatnya perbaikan jiwa
(tadzkiatun nafs) sangat sulit dilakukan.
2. Da’wah Menghadapi Masa-masa Penyelewengan (nhiraf
I’ushur) dan Sejarah yang Berkabut.
Kita berhadapan dengan ummat produk masa lampau yang berkabut. Sejarah
kaum muslimin di abad kit a ini adalah sejarah kelemahan, kekalahan dan
kebodohan.
Sejak ditinggalkan
Rasulullah SAW dan khulafaur Rasyidin, ummat kita bergolak. Pasang surut
perjuangan da’wah berlangsung. Terkadang kaum muslimin diatas angin dan
musuh-musuhnya bertekuk lutut. Tak jarang
pula kita berada dibawah kendali musuh.
“Kemenangan dan kekalahan (al ayam) itu Kami
pergilirkan ditengah-tengah manusia”.(3 : 142)
Kini kenyataaan pahit mau
tak mau harus kita telan. Sebagian besar ummat Islam terbawa arus musuh.
Menyerah sebelum bertarung. Rela menjadi instrumen kufar dan bahkan berani
melawan agamanya sendiri.
Masa-masa penyelewengan ditandai dengan
munculnya 4 hal :
Pertama :
Penguasa-penguasa diktator
(raja-raja dzalim) menindas kaum muslimin. Mereka itu mengaku Islam tetapi
tidak melaksanakan Hukum Allah dan memerintahkan bertentangan dengan Al Qur’an
dan As Sunnah.
Kedua :
Ajaran Islam yang dirasuki
penyakit (dukhnun) dengan munculnya bid’ah,
khurafat dan kemusyrikan yang tidak disadari. Filsafat Yunani menjadikan
Dien semata bersifat keilmuan dan alat perdebatan. Tasawuf dan Tarekat
memandulkan semangat jihad ummat Islam.
Ketiga :
Munculnya penyeru-penyeru ke
neraka jahannam dari kalangan kaum muslimin sendiri. Orang-orang yang diperalat
kaum kufar untuk menyebar luaskan racun yang membunuh ummatnya sendiri.
Berbagai virus ideologi ditelan mentah-mentah oleh generasi muda Islam yang
menyebabkan mereka merasa asing dan benci pada Islam.
Keempat :
Ditinggalkannya syari’at
Islam. Mulai yang bersifat kolektif (umum) sampai bersifat pribadi. Orang-orang
Islam meninggalkan pemerintahan Islam, mencopoti satu persatu hukum peradilan
Islam, melepaskan sedikit-demi sedikit kewajibannya. Saat ini sampai pada
kondisi dimana umat Islam menganggap sholat tiang dienullah ini bukan
kewajiban. Ummat Islam yang demikian banyaknya itu barangkali kurang
seperlimanya saja melaksanakan Sholat dengan baik, selebihnya terseret pada
ombak jahiliyyah dan meninggalkan kewajiban asasi itu.
Dalam hadist shohih Bukhori
dan muslim, Hudzaifah bercerita tentang nubuwwat Rasulullah dalam peristiwa
sejarah ini.
“Kata Hudzaifah: “Orang-orang umumnya bertanya pada Nabi SAW tentang
khair (kebaikan dan fashilat-fadhilat) sedangkan aku bertanya pada beliau
tentang syar (keburukan) karena khawatir menimpaku. Aku bertanya, “Wahai
Rasulullah, dahulu kami dalam keadaan
jahiliyyah serta keburukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan (Islam)
ini kepada kami, apakah setelah kebaikan ini ada keburukan?”. “Benar”, jawab
Rasulullah SAW. Aku tanya lagi, “Apakah setelah keburukan itu ada kebaikan
lagi?”, Beliau menjawab, “Ya, tetapi didalamnya ada dukhnun (penyakit), Aku
berkata, “Apakah penyakitnya wahai Rasulullah?”. “Kaum yang bersunnah bukan
dengan sunnahku, dan memberi petunjuk bukan dengan petunjukku. Kamu kenali
mereka, dan kamu ingkari”, jawab Beliau. Aku bertanya lagi, “Apakah setelah
kebaikan yang seperti itu ada keburukan lagi?”. Jawab Rasulullah SAW, “Ya,
Benar, Muncul penyeru-penyeru ke neraka jahannam. Barang siapa yang menyambut
seruan mereka pasti masuk kedalam neraka”, Aku bertanya ; “Bagaimana pendapat
Anda jika saya menjumpai peristiwa itu?”. Kata Beliau, “Berkomitmenlah kamu
pada jama’ah muslimin dan imam mereka”. Aku tanya lagi; “Bagaimana jika
seandainya kaum muslimin tak punya jama’ah atau imam?” Rasulullah menjawab;
“Tinggalkanlah kelompok-kelompok yang bertikai. Meskipun kamu harus menggigit
akar pohon kayu sampai kamu mati itu lebih baik bagimu”.
Hadist diatas kini tengah
menjadi kenyataan, Kita berada pada saat seruan-seruan ke neraka jahannam itu
mengepung kita. Setiap detik kita mendengar ajakan kebathilan dan panggilan
pada kesesatan.
Disamping itu, kaum muslimin
di seluruh pelosok dunia dikuasai oleh pemerintah kafir atau orang-orang Islam
yang loyal dengan musuh. Kita mewarisi ajaran yang menyebabkan ummat ini
terpilah-pilah, bercerai berai, ogah bersatu, dan susah diatur. Kita melihat
saudara-saudara kita sesama muslim melalaikan dan meninggalkan perintah Allah
untuk kemudian bersikap dan bertingkah laku seperti si kafir yang menjadi idola
mereka.
3. Da’wah Menghadapi Ummat Yang Rusak Akibat
Penjajahan.
Dalam abad kesembilanbelas dan awal abad keduapuluh kaum muslimin
mengalami getirnya dijajah oleh bangsa-bangsa Barat. Penjajahan di berbagai
belahan dunia Islam telah berhasil membuat masa depan ummat porak poranda.
Mentalitas bangsa jajahan menghias pribadi-pribadi di kaum muslimin,
penjilat musuh-musuh Allah itu. Mereka mengguncang akidah kaum muslimin
sehingga tidak percaya dengan Islam. Mereka menjajakan nasionalisme dan
sekularisme produk penjajahan itu ebagai alternatif menuju “kemajuan”. Ummat
Islam disuapi dengan budaya-budaya jahiliyyah yang ditransfer dan diberi merek
“toleransi”, “tuntutan zaman”, “identitas modern”, “kemajuan teknologi”, dan
sebagainya.
Penjajahan tidak begitu saja meninggalkan kaum muslimin dalam keadaan
merdeka dengan tegaknya keyakinan mereka. Penjajahan telah berubah bentuk.
Belenggu fisik telah berakhir, tetapi mental dan moral ummat ini tetap dalam
dominasi mereka. Cengkraman pemikiran jahiliyyah sangat dalam menghujam pada
jiwa dan pemikiran kaum muslimin. Tingkah laku dan karya kaum muslimin
dipengaruhi oleh keadaan ini.
Penjajahan juga mendidik sebagian generasi muda Islam untuk berpikir
Islam sesuai dengan versi mereka. Muncullah intelektual-intelektual yang
berkicau tentang Islam, tetapi menyalahi pola Qur’an atau Sunnah. Media massa
yang dipelopori kaum kufar mempopulerkan manusia berpikir sekuler ini. Opini
ummat Islam berada pada kunkungan mereka. Akibatnya, perjuangan ummat Islam
selalu kandas ditelan kejahilan ummat yang mereka arahkan.
Penjajahan juga menggelapkan sejarah perjuangan ummat Islam dan
memulaskannya dengan nama perjuangan nasional, pembela tanah air, atau penegak
pemikiran nenek moyang. Generasi ummat ini tidak mengenal lagi masa lalu
mereka, sehingga tak ada sedikitpun kebanggaan
terhadap Islam dan perjuangan umatnya. Sungguh banyak pemuda-pemuda kita
yang jahil tentang sejarah negeri-negeri kaum muslimin, memperkosa
wanita-wanita mereka, menghisap kekayaan mereka dan berbagai kejahatan lainnya.
Kaum muslimin yang setia dan tunduk pada bangsa kufar bagaikan mayat
hidup yang tak lagi memiliki gairah dan kemauan. Teramat lemah serta tak lagi
diperhitungkan oleh musuh-musuhnya. Persis keadaan Bani Israil ketika
dicengkeram Mesir Fir’aun.
“Apakah kamu tidak
memperhatikan orang-orang yang keluar dari negeri mereka sedang mereka
beribu-ribu jumlahnya karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka,
“Matilah kamu”. Kemudian Alah menghidupkan (semangat) mereka; sesungguhnya
Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak
bersyukur”. (2 : 243)
Kita dengan da’wah ini mesti menghadapi mereka, menghidupkan ruhul
jihad mereka yang telah lama lenyap. Menggairahkan api perlawanan mereka
terhadap kebathilan, dan memperbaiki keadaan mereka baik phisik maupun moral.
4. Da’wah Menghadapi Kekuatan-kekuatan Internasional
yang Hebat.
Musuh-musuh kita menyadari bahaya Islam bagi kedudukan mereka. Segala bentuk
strategi dan rancangan mereka persiapkan untuk memerangi Dienullah dan
ummatnya. Mereka bersatu menghadapi Islam dan perang total mereka canangkan.
Perang total bukanlah sekedar bedil dan meriam, peluru dan mesiu, tetapi perang
dengan ekonomi dan pemikiran.
Segala sarana yang mereka miliki diarahkan untuk membumi hanguskan masa
depan kita. Mereka membiarkan kita sepanjang kita mau dengan setia menjadi
budak mereka. Senjata-senjata mereka todongkan dihadapan hidung kita, siap
ditarik picunya dengan ancaman Menjadi budak at au mati”. Sebagian besar kaum
muslimin mengangguk dan menyerah lantas bersedia diperbudak. Sebagian kecil menolak yang akibatkan mereka di azab
dan disiksa musuh dengan teramat keji.
Lihat sikap Yahudi terhadap saudara-saudara kita di Palestina. Dunia
mendukung Yasser Arafat. Karena dia bersedia main mata dengan musuh. Sementara
itu, perjuangan Intifadhah yang
didukung oleh para Mujahid yang sebenarnya dihalang-halangi, tidak
dipublikasikan, dan dijelek-jelekkan di mata dunia.
Perhatikan pula sikap dunia terhadap perjuangan kaum muslimin
Afghanistan. Para Mujahidin yang telah menguasai hampir keseluruh negeri itu
tidak diakui dunia sebagai suatu negara yang berdaulat.
Sejarah mencatat, bagaimana lalainya ummat Islam terhadap penderitaan
kaum muslimin yng dimusuhi dimana-mana. Ummat Islam Patani yang selelu
dikejar-kejar, saudara kita di Moro (Philipina) yang terus menerus diperangi,
saudara kita di syria yang dibantai oleh penguasanya yang zalim. Kaum muslimin
di Mesir, Maurrtania, Somalia, Sudan dan negeri-negeri lainnya yang menjadi
bulan-bulanan kaum kafir.
Bangsa kafir Barat maupun Timur, bersatu untuk menghadapi kebangkitan
dunia Islam. Pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO) sewaktu-waktu bisa saja
bergabung dengan blok-blok Komunis (WARSAWA), jika yang dihadapinya adalah
perjuangan Ummat Islam. Mereka takut kaum Muslimin berhasil mendirikan Khilafah Islamiah, mereka khawatir kaum
muslimin menegakkan syariat Allah di bumi ini.
Jahiliyyah memerangi da’wah Islamiyyah lengkap dengan sarana-sarananya
yang canggih. Seluruh kekuatan mereka bergabung berpadu menjadi satu, sementara
kaum muslimin lemah dan tidak berdaya.
“Mereka tiada henti-hentinya
memerangi kamu hingga kamu kafir dari dien kamu, seandainya mereka sanggup.
Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari diennya, lalu dia mati dalam
kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat. Dan
mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya”. (2 : 217)
Comments
Post a Comment