Diantara
karunia dan nikmat Allah kepada kita adalah Dia memberi kita banyak sekali
pintu dan jalan menuju keridhaan, cinta dan surga-Nya, Terutama yang tekait dengan
tarbiyah seorang Muslim terhadap dirinya sendiri. Agar setiap Muslim dan
Muslimah mengambil pintu dan jalan tersebut, sesuai dengan kemampuan dan
semangatnya. Adapun sarana-sarana Tarbiyah Dzatiyah sangat banyak sekali,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
MUHASABAH
Da'i
terkenal, Muhammad al-Gazali -rahimahullah berkata: "Seandainya
manusia dalam hidupnya bertindak emaunya, tanpa pengawasan dan hisab, tentu ia
akan lalai dan bertindak bodoh dengan menghambur-hamburkan hidupnya sebagaimana
orang bodoh menghamburhamburkan hartanya. Bagaimana sikap seperti itu terjadi,
padahal Allah; memiliki malaikat-malaikat yang menulis seluruh ha! yang kecil dan
besar, bahkan yang sebesar atom sekalipun
Karena masalahnya tidak demikan, maka merupakan langkah bijak dan
cerdas bila seorang muslim memulai mentarbiyah dirinya dengan
terlebih dahulu melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas perbuatan
baik dan buruk yang telah ia kerjakan, serta meneliti kebaikan dan keburukan
yang ia miliki, agar ia tidak terperanjat kaget dengan sesuatu yang tak pernah
ia bayangkan sebelumnya pada hari kiamat, dimana ia mengira dirinya berada
diatas kebaikan, serta termasuk orang-orang sholeh dan bertakwa!
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ
ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ١٨
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat). "(Q.S. al-Hasyr: 18)
Imam
lbnu Katsir -Rahimahullah- berkata: "Maksud ayat ini adalah
hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Lihatlah amal-amal sholeh yang
telah kalian tabung untuk diri kalian pada hari kembali dan pertemuan kalian
dengan Tuhan. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui seluruh perbuatan dan semua
kondisi kalian. Tidak ada sesuatupun pada kalian yang tidak diketahui oleh
Allah.
Diriwayatkan
dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
"Orang
cerdas (berakal) ialah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk akhirat.
Dan orang yang lemah
adalah
orang yang menundukkan dirinya kepada hawa nafsunya dan angan-angan kepada
Allah." (H.R. Tirmidzi)
Umar bin Khathtab mengucapkan kata hikmahnya yang terkenal:
"Hisablah
diri kalian sebelum kalian dihisab dan timbanglah diri kalian sebelum kalian
ditimbang, karena dengan
menghisab
diri kalian hari ini akan memudahkan hisab di hari esok. Bersiaplah untuk
menghadapi pertemuan terbesar (hari kiamat). Ketika itu, kalian dipertemukan
(diperlihatkan) dan tidak ada sesuatu apapun pada kalian yang
tersembunyi." (H.R. Imam Ahmad dalam bukunya az-Zuhdu, hal.177)
Al-Hasan
al-Bashri -Rahimahullah- berkata: "Seorang
hamba senantiasa baik selagi ia memiliki penasehat dari dirinya sendiri dan
selalu melakukan muhasabah. "
Hal ini dipertegas
oleh Ibnu al-Qoyim –Rahimahullah dengan perkataanya: "Yang
paling berbahaya bagi seorang hamba adalah bi/a tidak melakukan muhasabah atau meremehkan
suatu masa/ah. Sikap seperti itu membawa kepada kebinasaan don itulah kondisi
orang-orang tertipu. Mereka menutup mata dan meremehkan hasil akhir dan lebih mengandalkan ampunan.
Sehingga ia tidak melakukan muhasabah terhadap dirinya dan merenungkan hasil akhirnya.
Jika ha! itu ia lakukan, maka akan mudah baginya terjerumus ke dalam kubangan
dosa, lalu ia menikmati dosa dosa itu dan sulit menghindarinya. "
Karena besarnya
urgensi aspek ini dalam Tarbiyah Dzatiyah, maka saya ingatkan beberapa panduan
umum berikut ini:
- Urgensi
muhasabah secara rutin.
Seorang muslim yang
serius dalam mentarbiyah dirinya hams bersungguh-sungguh dari waktu ke waktu melakukan
muhasabah dan memeriksa sisi-sisi kehidupannya, agar ia mengetahui, apa saja pikiran-pikiran benar
yang ia bawa, lalu ia kembangkan, demikian pula dengan amalan baik yang ia
lakukan, lalu konsisten mengerjakannya. Dan juga agar ia tahu titik-titik lemah
dan kemaksiatan dari aspek ilmu dan amal yang pernah ia lakukan, lalu ia
menjauhinya. Ibnu al-Qoyim -Rahimahullah- menjelaskan salah satu kiat
muhasabah: "Muhasabah yang paling baik adalah dudukduduk beberapa saat
ketika seseorang hendak tidur. Lalu melakukan muhasabah terhadap dirinya alas
kerugian dan keberuntungannya pada hari itu, kemudian memperbaharui taubat
nasuhanya kepada Allah dli; , lalu tidur dalam keadaan
bertaubat clan bertekad untuk tidak mengerjakan dosa yang satna jika ia bangun.
Hal itu ia kerjakan setiap malam. Jika ia meninggal pada malam tersebut dalam keadaan
seperti itu, maka ia meninggal dalam keadaan bertaubat. Jika ia bangun, ia
bangun dalam keadaan siapberamal dan senang ajalnya ditunda, hingga ia
menghadap Tuhannya dan mengerjakan ketertinggalannya. "
- Membuat
skala prioritas.
Hal
pertama yang harus dievaluasi oleh seseorang pada dirinya ialah kebenaran
akidah dan kebersihan tauhidnya, serta kesuciannya dari segala bentuk syirik,
baik yang kecil maupun yang tersembunyi, dimana keduanya seringkali disepelekan.
Demikian pula dengan keyakinan dan perbuatan lain yang bertentangan atau
melemahkan tauhid. Lalu, ia menghisab dirinya atas pelaksanaan
kewajiban-kewajiban, seperti sholat lima waktu secara berjama'ah, berbakti
kepada kedua orang tua (birrul walidin), menyambung
hubungan silaturahmi dan amar ma'ruf nahi munkar. Kemudian melakukan muhasabah
tentang sejauhmana dirinya menjauhi hal-hal haram dan segala kemungkaran, baik
yang kecil maupun yang besar. Lalu, ia mengevaluasi dirinya tentang sejauhmana
pelaksanaan ibadah-ibadah sunnah dan ketaatan ketaatan lain yang ia lakukan dan
seterusnya.
- Jenis – jenis Muhasabah.
Muhasabah itu, seperti
yang dikatakan oleh Ibnu AlQoyim terbagi atas dua jenis. Pertama, muhasabah
sebelum berbuat dan kedua, muhasabah setelah berbuat.
Adapun muhasabah
sebelum berbuat adalah dengan merenung terlebih dahulu ketika hendak melakukan perbuatan
dan tidak langsung melakukannya hingga benar benar jelas baginya untuk
dihindari.
Adapun jenis kedua,
yaitu muhasabah setelah berbuat dan itu terbagi atas tiga bagian:
1. Muhasabah atas
ketaatan kepada Allah yang ia lalaikan.
2. Muhasabah atas
perbuatan, dimana meninggalkannya lebih baik daripada mengerjakannya.
3. Muhasabah atas
sesuatu yang boleh (mubah) dan wajar mengapa ia mengerjakannya? Apakah ia mengerjakannya
karena Allah dan untuk akhirat atau karena menginginkan dunia?
- Muhasabah
atas waktu.
Diantara
aspek yang perlu dimuhasabah oleh insane Muslim adalah sejauhmana ia
menggunakan waktunya, yang merupakan usia dan modalnya. Apakah waktunya ia
gunakan untuk kebaikan, amal sholeh dan bermanfaat bagi kaum Muslimin atau
sebaliknya ia telah sia-siakan waktunya ke dalam maksiat, dosa, permainan dan
kelalaian?
Karena
Nabi Muhammad SAW telah bersabda: "Pada Hari Kiamat, kedua kaki seorang
hamba akantetap pada tempatnya, hingga ia ditanya tentang empat ha!,
diantaranya tentang umurnya; untuk apa ia gunakan
dan
ten tang mas a mudanya,· untuk apa ia habiskan ... " (H.R.
Tarmidzi)
Para
Salafush Sholeh sangat memperhatikan waktu, karena merekalah orang yang paling
tahu tentang nilai waktu. Al-Hasan al-Bashri berkata: "Aku pernah
bertemu orangorang yang lebih peduli terhadap waktunya daripada kepedulian
kalian terhadap harta kalian. "
- Ingat hisab
terbesar.
Termasuk
hal yang membantu seorang Muslim dalam melakukan Muhasabah terhadap dirinya
adalah mengetahui bahwa Allah akan
menghisab hamba-hamba-Nya pada hari kiamat, dengan perhitungan yang sangat
cermat. mereka akan ditanya tentang apa saja yang telah mereka kerjakan, baik
atau buruk. Ketika itu, manusia mendapati seluruh perbuatannya telah ditulis
atas namanya dan tidak ada satupun amal perbuatannya yang tidak ditulis walau
sebesar biji atom.
Al-Hasan al-Bashri -Rahimahullah- berkata:
"Sesungguhnya
seorang mu 'min itu lebih berhak terhadapdirinya sendiri. la menghisab dirinya
atas ketaatannya kepada Allah tft. Hisab
sebagian orang dipermudah pada hari kiamat, karena mereka melakukan muhasabah
terhadap diri mereka di dunia dan hisab seseorang akan dipersulit karena mereka
mengerjakan banyak ha! tanpa muhasabah.
Comments
Post a Comment