Skip to main content

SARANA TARBIYAH DZATIYAH 1 (Muhasabah)



Diantara karunia dan nikmat Allah kepada kita adalah Dia memberi kita banyak sekali pintu dan jalan menuju keridhaan, cinta dan surga-Nya, Terutama yang tekait dengan tarbiyah seorang Muslim terhadap dirinya sendiri. Agar setiap Muslim dan Muslimah mengambil pintu dan jalan tersebut, sesuai dengan kemampuan dan semangatnya. Adapun sarana-sarana Tarbiyah Dzatiyah sangat banyak sekali, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.        MUHASABAH
Da'i terkenal, Muhammad al-Gazali -rahimahullah­  berkata: "Seandainya manusia dalam hidupnya bertindak emaunya, tanpa pengawasan dan hisab, tentu ia akan lalai dan bertindak bodoh dengan menghambur-hamburkan hidupnya sebagaimana orang bodoh menghambur­hamburkan hartanya. Bagaimana sikap seperti itu terjadi, padahal Allah; memiliki malaikat-malaikat yang menulis seluruh ha! yang kecil dan besar, bahkan yang sebesar atom  sekalipun Karena masalahnya tidak demikan, maka merupakan langkah bijak dan cerdas bila seorang muslim memulai mentarbiyah dirinya dengan terlebih dahulu melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas perbuatan baik dan buruk yang telah ia kerjakan, serta meneliti kebaikan dan keburukan yang ia miliki, agar ia tidak terperanjat kaget dengan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya pada hari kiamat, dimana ia mengira dirinya berada diatas kebaikan, serta termasuk orang-orang sholeh dan bertakwa!

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ١٨
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). "(Q.S. al-Hasyr: 18)

Imam lbnu Katsir -Rahimahullah- berkata: "Maksud ayat ini adalah hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Lihatlah amal-amal sholeh yang telah kalian tabung untuk diri kalian pada hari kembali dan pertemuan kalian dengan Tuhan. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui seluruh perbuatan dan semua kondisi kalian. Tidak ada sesuatupun pada kalian yang tidak diketahui oleh Allah.

Diriwayatkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
"Orang cerdas (berakal) ialah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk akhirat. Dan orang yang lemah
adalah orang yang menundukkan dirinya kepada hawa nafsunya dan angan-angan kepada Allah." (H.R. Tirmidzi)

Umar bin Khathtab  mengucapkan kata hikmahnya yang terkenal:

"Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, karena dengan
menghisab diri kalian hari ini akan memudahkan hisab di hari esok. Bersiaplah untuk menghadapi pertemuan terbesar (hari kiamat). Ketika itu, kalian dipertemukan (diperlihatkan) dan tidak ada sesuatu apapun pada kalian yang tersembunyi." (H.R. Imam Ahmad dalam bukunya az-Zuhdu, hal.177)

Al-Hasan al-Bashri -Rahimahullah- berkata: "Seorang hamba senantiasa baik selagi ia memiliki penasehat dari dirinya sendiri dan selalu melakukan muhasabah. "

Hal ini dipertegas oleh Ibnu al-Qoyim –Rahimahullah dengan perkataanya: "Yang paling berbahaya bagi seorang hamba adalah bi/a tidak melakukan muhasabah atau meremehkan suatu masa/ah. Sikap seperti itu membawa kepada kebinasaan don itulah kondisi orang-orang tertipu. Mereka menutup mata dan meremehkan hasil akhir dan lebih mengandalkan ampunan. Sehingga ia tidak melakukan muhasabah terhadap dirinya dan merenungkan hasil akhirnya. Jika ha! itu ia lakukan, maka akan mudah baginya terjerumus ke dalam kubangan dosa, lalu ia menikmati dosa ­ dosa itu dan sulit menghindarinya. "

Karena besarnya urgensi aspek ini dalam Tarbiyah Dzatiyah, maka saya ingatkan beberapa panduan umum berikut ini:
  1. Urgensi muhasabah secara rutin.

Seorang muslim yang serius dalam mentarbiyah dirinya hams bersungguh-sungguh dari waktu ke waktu melakukan muhasabah dan memeriksa sisi-sisi kehidupannya, agar ia mengetahui, apa saja pikiran-pikiran benar yang ia bawa, lalu ia kembangkan, demikian pula dengan amalan baik yang ia lakukan, lalu konsisten mengerjakannya. Dan juga agar ia tahu titik-titik lemah dan kemaksiatan dari aspek ilmu dan amal yang pernah ia lakukan, lalu ia menjauhinya. Ibnu al-Qoyim -Rahimahullah- menjelaskan salah satu kiat muhasabah: "Muhasabah yang paling baik adalah duduk­duduk beberapa saat ketika seseorang hendak tidur. Lalu melakukan muhasabah terhadap dirinya alas kerugian dan keberuntungannya pada hari itu, kemudian memperbaharui taubat nasuhanya kepada Allah dli; , lalu tidur dalam keadaan bertaubat clan bertekad untuk tidak mengerjakan dosa yang satna jika ia bangun. Hal itu ia kerjakan setiap malam. Jika ia meninggal pada malam tersebut dalam keadaan seperti itu, maka ia meninggal dalam keadaan bertaubat. Jika ia bangun, ia bangun dalam keadaan siapberamal dan senang ajalnya ditunda, hingga ia menghadap Tuhannya dan mengerjakan ketertinggalannya. "

  1. Membuat skala prioritas.

Hal pertama yang harus dievaluasi oleh seseorang pada dirinya ialah kebenaran akidah dan kebersihan tauhidnya, serta kesuciannya dari segala bentuk syirik, baik yang kecil maupun yang tersembunyi, dimana keduanya seringkali disepelekan. Demikian pula dengan keyakinan dan perbuatan lain yang bertentangan atau melemahkan tauhid. Lalu, ia menghisab dirinya atas pelaksanaan kewajiban-kewajiban, seperti sholat lima waktu secara berjama'ah, berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidin), menyambung hubungan silaturahmi dan amar ma'ruf nahi munkar. Kemudian melakukan muhasabah tentang sejauhmana dirinya menjauhi hal-hal haram dan segala kemungkaran, baik yang kecil maupun yang besar. Lalu, ia mengevaluasi dirinya tentang sejauhmana pelaksanaan ibadah-ibadah sunnah dan ketaatan ketaatan lain yang ia lakukan dan seterusnya.

  1. Jenis – jenis Muhasabah.

Muhasabah itu, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Al­Qoyim terbagi atas dua jenis. Pertama, muhasabah sebelum berbuat dan kedua, muhasabah setelah berbuat.
Adapun muhasabah sebelum berbuat adalah dengan merenung terlebih dahulu ketika hendak melakukan perbuatan dan tidak langsung melakukannya hingga benar ­ benar jelas baginya untuk dihindari.

Adapun jenis kedua, yaitu muhasabah setelah berbuat dan itu terbagi atas tiga bagian:
1. Muhasabah atas ketaatan kepada Allah yang ia lalaikan.
2. Muhasabah atas perbuatan, dimana meninggalkannya lebih baik daripada mengerjakannya.
3. Muhasabah atas sesuatu yang boleh (mubah) dan wajar mengapa ia mengerjakannya? Apakah ia mengerjakannya karena Allah dan untuk akhirat atau karena menginginkan dunia?

  1. Muhasabah atas waktu.

Diantara aspek yang perlu dimuhasabah oleh insane Muslim adalah sejauhmana ia menggunakan waktunya, yang merupakan usia dan modalnya. Apakah waktunya ia gunakan untuk kebaikan, amal sholeh dan bermanfaat bagi kaum Muslimin atau sebaliknya ia telah sia-siakan waktunya ke dalam maksiat, dosa, permainan dan kelalaian?

Karena Nabi Muhammad SAW telah bersabda: "Pada Hari Kiamat, kedua kaki seorang hamba akantetap pada tempatnya, hingga ia ditanya tentang empat ha!, diantaranya tentang umurnya; untuk apa ia gunakan
dan ten tang mas a mudanya,· untuk apa ia habiskan ... " (H.R. Tarmidzi)

Para Salafush Sholeh sangat memperhatikan waktu, karena merekalah orang yang paling tahu tentang nilai waktu. Al-Hasan al-Bashri berkata: "Aku pernah bertemu orang­orang yang lebih peduli terhadap waktunya daripada kepedulian kalian terhadap harta kalian. "

  1. Ingat hisab terbesar.

Termasuk hal yang membantu seorang Muslim dalam melakukan Muhasabah terhadap dirinya adalah mengetahui bahwa Allah  akan menghisab hamba-hamba-Nya pada hari kiamat, dengan perhitungan yang sangat cermat. mereka akan ditanya tentang apa saja yang telah mereka kerjakan, baik atau buruk. Ketika itu, manusia mendapati seluruh perbuatannya telah ditulis atas namanya dan tidak ada satupun amal perbuatannya yang tidak ditulis walau sebesar biji atom.

 Al-Hasan al-Bashri -Rahimahullah- berkata:
"Sesungguhnya seorang mu 'min itu lebih berhak terhadapdirinya sendiri. la menghisab dirinya atas ketaatannya kepada Allah tft. Hisab sebagian orang dipermudah pada hari kiamat, karena mereka melakukan muhasabah terhadap diri mereka di dunia dan hisab seseorang akan dipersulit karena mereka mengerjakan banyak ha! tanpa muhasabah.




Comments

Popular posts from this blog

Kumpulan ceramah Ustadz Adi Hidayat Lc. MA

Adi Hidayat , Lahir di Pandeglang, Banten, 11 September 1984. Beliau memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI. Di dua sekolah dasar ini beliau juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang. Dalam program ini, beliau juga menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama. Dalam proses pendidikan dasar ini,  Adi Hidayat  kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama. Di madrasah ini, beliau juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri. Tahun 1997, beliau melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-...

INDIBATH (Disiplin)

Oleh : Asfuri Bahri Al-Indibath Az-Dzati Indibath adalah ciri utama yang menopang keberlangsungan dunia kerja seseorang. Tanpa indibath seseorang tidak mungkin mampu mencapai kesuksesan yang pernah menjadi impian dalam hidupnya. Ada beberapa pengertian tentang indibath. Di antaranya, indibath adalah kedisiplinan diri atau penguasaan terhadap diri seperti yang disebutkan dalam sebuah atsar, “Jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu.” (Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad melawan nafsu). Rasulullah memuji orang yang senantiasa mempunyai control dalam kondisi pelik dan tidak terbawa oleh nafsu syahwat. Beliau bersabda, إن الله يحب البصر الناقد عند ورود الشبهات والعقل الكامل عند هجوم الشهوات “Sesungguhnya Allah menyukai pandangan yang kritis di saat banyaknya syubuhat dan otak yang sempurna di saat serangan syahwat.” Mengendalikan diri adalah tahapan pertama dan terakhir untuk merealisasikan kesuksesan hidup. Karena pada dasarnya mu...

Jika Kacang Lupa Kulitnya

Hal yang wajar bila seorang makin berharap menjadi kaya, orang bodoh bercita-cita menjadi pintar, pejabat rendahan menginginkan jabatan yang tinggi. Seorang pengangguran ingin cepat mendapat pekerjaan tetap, seorang politisi ingin segera mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Semua keinginan di atas wajar dan boleh-boleh saja. Agama tidak melarang. Bahkan Allah membuka pintu do'a bagi mereka yang punya berbagai harapan. Jika dimohon dengan sungguh-sungguh, Allah pasti mengabulkan. Adapun banyak sedikitnya, dalam tempo segera atau ditunda, semua bergantung pada kemurahan Tuhan. Pada dasarnya semua yang ditimpakan kepada manusia baik atau buruk adalah ujian. Tapi ternyata hanya mereka yang ditimpa keburukan saja yang merasa diuji, sementara yang diberi kebaikan merasa dikasihi. Padahal bisa jadi yang ditimpa keburukan itu justru yang menjadi kekasih Tuhan. "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada K...