Skip to main content

Membangun Kekuatan Umat



Kiranya kita memang tidak dapat menutup mata akan kondisi ummat Islam saat ini yang berada pada tingkat yang sangat parah ditinjau dari perjuangan Islam. Kita tengah mengalami krisis kepemimpinan yang sangat gawat dengan hilangnya sistem pemerintahan Khilafah. Kaum muslimin menjadi bulan-bulanan dari musuh-musuhn Allah yang tiada henti-hentinya menghancurkan peradaban dan kebudayaan mereka.

Lebih mengerikan lagi, sebagian besar kaum muslimin tidak menyadari keadaan ini. Mereka merasa telah cukup berjuang untuk Islam. Kebanyakan masih tertidur pulas atau terperangah dengan kebebasan yang baru saja diperoleh dari musuh-musuh Allah. Tanpa sadar penjajahan bentuk lain muncul dengan sama ganasnya. Invasi pemikiran dan upaya pemurtadan ummat Islam kini tengah berlangsung dengan gencar. Kenyataan pahit yang harus kita terima adalah semakin melemahnya pengertian kaum muslimin tentang Islam itu sendiri.

Sebenarnya apa yang menjadi kekurangan kita ? KitabuLlah dan sunnah Rasul ada di hadapan kita. Pembimbing dan pemimpin kita adalah dzat Yang Maha Hidup Kekal lagi mengurus makhluknya.
Mengapa keadaan kita menjadi begini ?

Al Quran memberi sinyalemen bahwa penyakit ummat memang disebabkan kesalahan kita sendiri.
" Hai orang-orang yang beriman, jika kamu taati sebagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab itu, mereka akan memurtadkan kamu setelah beriman menjadi kafir. Maka bagaimanakah kamu bisa menjadi kafir padahal kepada kamu dibacakan ayat-ayat Allah (alQur'an) dan di sisi kamu ada Rasul-Nya (Assunnah). Maka barangsiapa yang berpegang teguh pada (dien) Allah maka ia telah diberi petunjuk pada jalan yang lurus." (QS Ali Imran 100-101).


Sikap manut dan ikut-ikutan pada dunia kafir itulah yang membuat ummat kita lemah. Memang, sebagian besar negeri-negeri kaum muslimin telah bebas dari penjajahan. Tetapi pemikiran dan ideologi negeri-negeri itu masih berkiblat kepada mantan para penjajahnya. Kapitalisme masih meliputi sistem ekonomi ummat Islam. Nasionalisme menjadi sikap politik yang mereka bangga-banggakan.

Di lain sisi para pemimpin negeri-negeri muslimin bukanlah orang-orang yang komitmen terhadap Islam.

Tidak jarang di antara mereka merupakan musuh da'wah dan ummat Islam. Nyaris tidak ada yang berniat menegakkan atau membela sistem Islam.

Negeri-negeri muslimin tenggelam dalam pertikaian dan saling bermusuhan. Akibatnya ummat menjadi makanan empuk lawan-lawan Islam. Dalam kondisi seperti ini, Allah menghendaki kaum muslimin kembali kepada Islam. Beriman dengan iman yang istiqomah, bertaqwa dengan sebenar-benar taqwa, serta menyiapkan diri untuk mati di jalan Islam (QS Ali Imran 102). " Hai orang-orang yang beriman , bertaqwalah kamu dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan berserah diri (Islam) kepada Allah."



Inilah perintah Allah bagi tiap individu muslim. Mereka harus mempertahankan kepribadian Islami yang ada pada diri mereka. Untuk itu mereka harus berupaya mengislamisasi kembali diri dan keluarga mereka menuju terbentuknya masyarakat Islam. Ummat Islam mesti menyadari peranannya sebagai penyelamat dunia dan pembangun peradaban yang positif. Mereka harus bangun dari tidur. Tegak dan bangkit, kembali pada bimbingan dan pimpinan Allah.

Untuk itu Allah mengisyaratkan :

" Dan berpegangteguhlah kamu semua kepada tali (Dien) Allah dan janganlah bercerai-berai. Ingatlah ni'mat Allah yang diberikanNya kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan kemudian Allah menjinakkan di antara hati kamu maka menjadilah kamu karena ni'mat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kamu berada di pinggir jurang neraka maka Kami selamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan kepada kamu ayat-ayat-Nya agar kamu mendapat petunjuk." (QS Ali IMran 103).


Ayat ini jelas mewajibkan kaum muslimin untuk :
1. Berpegang teguh pada satu pedoman (HabluLlah)
2. Bersatu-padu, tidak bercerai-berai atau berpecah belah.
3. Senantiasa mengingat ni'mat Allah yang telah menyatukan hati mereka dalam ikatan aqidah Islamiyyah.
4. Menghidupsuburkan ukhuwwah Islamiyyah dalam bentuk aplikasi.


Inilah jalan yang dapat menyelamatkan kaum muslimin dari kehancuran yang dinanti-nantikan musuh-musuh mereka. Untuk mencapai itu, Allah mewajibkan dibentuknya satu ummat da'wah atau satu gerakan da'wah yang mampu mengajak manusia pada kebaikan, menyuruh mereka melakukan yang ma'ruf dan mencegah mereka dari yang mungkar. Mereka ini harus menjadi pioner bagi terbentuknya suatu ummat yang memiliki kualitas tinggi dalam menegakkan Islam.


ntuk mencapai terbentuknya ummat da'wah inilah takwin (pembinaan)memegang peranan utama. Kita mesti kembali mengkader suatu generasi Islam yang mampu menampilkan Islam dalam bentuk yang sebenarnya.

Dasar pijakannya adalah : " Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang mengajak kepada kebaikan yang menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS Ali Imran 104).


Rujukan kita dalam melaksanakan ini adalah RasuluLlah SAW. Pada perjalanan hidup RasuluLlah dan para sahabat beliau RidwanuLlahu alaihim, Allah telah menggambarkan suatu minhaj yang jelas dan gamblang untuk membangun kembali ummat ini.


Esensi dari pembinaan Nabi kepada para sahabat jelas merupakan takwin (membina/membangun) untuk melahirkan pribadi-pribadi yang rabbani.

" Jadilah kamu pribadi-pribadi yang rabbani, oleh sebab kamu senantiasa mengajarkan alkitab dan disebabkan kamu senantiasa mempelajarinya." (QS.Ali Imran 79)



Maka al Qur'an menjadi bahasan utama dalam takwiniyah. Setiap ayat-ayatnya menuntun kita untuk membangun cakrawala baru peradaban Islam. Pendidikan Takwiniyah ini adalah upaya membentuk atau menjadikan kader yang mampu mengemban tugas dan amanah da'wah dalam rangka menegakkan dien (Iqomatud Dien). Ia memiliki sasaran yang jelas :
1. Terbentuknya syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam) yang menjadi teladan bagi manusia.
2. Terbentuknya syakhshiyah Da'iyyah yang mampu menyeru manusia ke jalan Islam.

Sesungguhnya Islam hanya bisa diwujudkan dalam suasana Islami. Lantaran itu, kondisi takwin hendaknya berbentuk kehidupan yang Islami mulai dari diri individu, keluarga dan melebar dalam tatanan masyarakat. Penumbuhsuburan iman, taqwa dan Islamisasi kehidupan menjadi bagian mendasar dari proses Takwinu Syakhshiyah Islamiyah ini.

Kemudian pribadi-pribadi yang terbentuk dalam proses pembinaan tersebut perlu ditingkatkan menjadi pribadi da'i. Tentu saja dengan meningkatkan kapasitas ruhi, aqli dan suluki agar laik menjadi seorang penyeru.

Disamping para du'at, takwin juga menghasilkan orang-orang yang komit dengan nilai-nilai Islam dalam berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat Islam. Gerakan da'wah menata mereka agar potensi-potensinya menjadi kekuatan ummat. Dari sini, i'tishom bihabliLlah , menyatunya hati dalam ikatan aqidah serta semangat ukhuwwah melandasi terbentuknya ruhul jama'ah. Bila para kader Islam ini telah cukup banyak, maka jalan menuju terbentuknya kembali masyarakat Islam terbentang luas di hadapan kita.

Dari sini kita melihat relevansinya : Islamiyah qobla jam'iyyah. Islamisasi sebelum jamaah, atau dalam konteks pembicaraan kita ini Islamisasi masyarakat sebelum memproklamirkan khilafah.
Jika masyarakat sudah kembali memahami ajaran Islam, maka jadinya khilafah Islamiyyah adalah sebuah kebutuhan yang dengannya ia rela berkorban, bukan lagi suatu penolakan.

Kewajiban kita merealisir cita-cita mulia ini, Allah menolong siapa yang menolong (Dien) Nya. " Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. " ( QS Ash Shaaffaat 173).

Allahu a'lam bishshawab. 

Comments

Popular posts from this blog

Kumpulan ceramah Ustadz Adi Hidayat Lc. MA

Adi Hidayat , Lahir di Pandeglang, Banten, 11 September 1984. Beliau memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI. Di dua sekolah dasar ini beliau juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang. Dalam program ini, beliau juga menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama. Dalam proses pendidikan dasar ini,  Adi Hidayat  kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama. Di madrasah ini, beliau juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri. Tahun 1997, beliau melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-...

INDIBATH (Disiplin)

Oleh : Asfuri Bahri Al-Indibath Az-Dzati Indibath adalah ciri utama yang menopang keberlangsungan dunia kerja seseorang. Tanpa indibath seseorang tidak mungkin mampu mencapai kesuksesan yang pernah menjadi impian dalam hidupnya. Ada beberapa pengertian tentang indibath. Di antaranya, indibath adalah kedisiplinan diri atau penguasaan terhadap diri seperti yang disebutkan dalam sebuah atsar, “Jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu.” (Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad melawan nafsu). Rasulullah memuji orang yang senantiasa mempunyai control dalam kondisi pelik dan tidak terbawa oleh nafsu syahwat. Beliau bersabda, إن الله يحب البصر الناقد عند ورود الشبهات والعقل الكامل عند هجوم الشهوات “Sesungguhnya Allah menyukai pandangan yang kritis di saat banyaknya syubuhat dan otak yang sempurna di saat serangan syahwat.” Mengendalikan diri adalah tahapan pertama dan terakhir untuk merealisasikan kesuksesan hidup. Karena pada dasarnya mu...

Jika Kacang Lupa Kulitnya

Hal yang wajar bila seorang makin berharap menjadi kaya, orang bodoh bercita-cita menjadi pintar, pejabat rendahan menginginkan jabatan yang tinggi. Seorang pengangguran ingin cepat mendapat pekerjaan tetap, seorang politisi ingin segera mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Semua keinginan di atas wajar dan boleh-boleh saja. Agama tidak melarang. Bahkan Allah membuka pintu do'a bagi mereka yang punya berbagai harapan. Jika dimohon dengan sungguh-sungguh, Allah pasti mengabulkan. Adapun banyak sedikitnya, dalam tempo segera atau ditunda, semua bergantung pada kemurahan Tuhan. Pada dasarnya semua yang ditimpakan kepada manusia baik atau buruk adalah ujian. Tapi ternyata hanya mereka yang ditimpa keburukan saja yang merasa diuji, sementara yang diberi kebaikan merasa dikasihi. Padahal bisa jadi yang ditimpa keburukan itu justru yang menjadi kekasih Tuhan. "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada K...