Skip to main content

Untuk Isteri-isteri para Pejuang



Kutuliskan poem ini untuk para aktifis Islam di manapun berada. Jangan pernah meninggalkan perjuangan di jalan Allah. Betapa seluruh hajat hidup seharusnya bertumpu pada kepentingan perjuangan di jalan Allah termasuk menikah, berkeluarga, bersuami isteri. Inilah tren pernikahan yang seharusnya kita pertahankan. Wallahu a'lam
Buat manusia istimewa dalam hidup ini... dan juga isteri-isteri pejuang... serta bakal isteri seorang pejuang

Isteriku....
Apabila kusentuh telapak tanganmu...
Saat kuusap dan kurasakan guratannya,
Kudapatkan parutan kasar dan semakin kasar....
Dan ketika kupandangi wajahmu....
Terpancar sinar bahagia dan ketenangan walaupun kutahu...
Redup matamu menyimpan satu rintihan yang memberat....
Ketika kutersentak dari pembaringan di kala fajar kadzib menyingsing...
Aku terpana dengan munajatmu yang syahdu.


Isteriku...
Tatkala teman-temanmu tengah bersantai, happy fun....
Di keramaian dunia ciptaan mereka...
Engkau bahagia mengorbankan seluruh detik-detikmu....
Hanya untuk Islam dan keagungan muslimin...
Tatkala lengan-lengan mereka dibaluti...
Pelbagai hiasan yang indah...
Leher-leher mereka memberat dilingkari dengan kilauan emas berlian...
Pakaian-pakaian anggun bak puteri kayangan...
Wajah mereka dibaluri pelbagai warna dan jenama...
Kau umpama ladang ummah...
Kau menginfaqkan seluruh jiwa dan raga demi kebangkitan Islam...
Kau tak pernah bersungut-sungut, mengeluh, meminta-minta maupun
mengadu domba...
Tatkala mereka berlomba-lomba mengejar pangkat dan nama...
Kau sibuk menjulang nama dengan pengaduanmu di sisi yang Esa...

Isteriku....
Bukan aku tidak mampu membelikan benda dan hiasan-hiasan tersebut... Tetapi isteriku...
Aku masih ingat tatkala aku menyuntingmu untuk kujadikan isteri dan penghuni kamar hatiku....
Kau melafazkan satu tuntutan, "Saya siap mendampingi perjuangan ini bersama akhi tetapi dengan syarat..." Sambil tersenyum kau menghela nafas dalam-dalam....Aku termangu sendirian... Syarat apakah itu? Bungalow kah? Hamparan tanah berhektar-hektar kah? Mobil mewahkah? Intan berliankah? Pakaian sutera yang high class? Perabot mahal dari Itali kah?... Atau honeymoon di Paris ?..
Lama kau mengumpulkan kekuatan untuk sekedar berkata...

Akhirnya...
Arghhh... Permintaanmu itu...
Pasti ditertawakan oleh kerabat dan teman-teman kita...
Aku tergugu, haru dan bangga...
Dengan penuh keyakinan kau berkata..
"Akhi , Mampukah akhi menjadikan saya sebagai isteri yang
kedua ?....
Mampukah akhi menjadikan Islam sebagai isteri pertama yang lebih memerlukan perhatian?...
Mampukah akhi meletakkan kepentingan Islam melebihi segala-galanya termasuk urusan-urusan dunia?...
Mampukah akhi menjual diri semata-mata karena Islam?..
Mampukah akhi berkorban meninggalkan kelezatan dunia?...
Mampukah akhi menjadikan Islam laksana bara api....
Akhi perlu menggenggamnya agar bara itu terus menyala...

Mampukah akhi menjadi lilin yang rela membakar diri untuk Islam.. Bukannya seperti lampu pijar yang bisa di'on'kan bila perlu dan di'off'kan bila tidak....
Mampukah akhi mendengar hinaan yang bakal dilontarkan kepada anda karena perjuangan anda....
Dan...mampukah akhi menjadikan saya isteri seorang pejuang yang tidak dimanja dengan fatamorgana dunia?...

Aduh! Banyaknya syarat-syarat itu isteriku...
Namun aku menerima syarat-syarat tersebut karena aku tahu..
Jiwamu kosong dari syurga dunia...
Karena aku tahu kau mampu mengubah dunia ini dengan iman dan akhlakmu..
Bukannya kau yang diubah oleh dunia...

Isteriku..
Akhirnya jadilah engkau penolong setiaku sebagai nakhoda mengemudi bahtera kehidupan kita...
Susah senang kita tempuh bersama...
Aku terharu dengan segala kebaikanmu...
Kau jaga akhlakmu...
Kau pelihara maruahmu selaku muslimah...
Kau tak pernah mengeluh apabila sering ditinggalkan demi tugasku menegakkan Islam ke persada agung....
Kau jua sanggup mengekang mata menungguku sambil memberikan aku suatu senyuman terindah di ambang pintu tatkala aku pulang lewat malam.... Malah kau seringkali meniupkan semangat untuk aku terus tsabat di pentas perjuangan ini....
Kau tabur bunga-bunga jihad walaupun kita masih jauh dengan keharuman kemenangan...

Isteriku..
Tangkasnya engkau selaku isteri...
Biarpun kau jua sibuk bersama mengorbankan tenaga dalam perjuanganku ini..
Kau jaga relasi kita dengan indahnya...
Kau siraminya dengan wangian cinta dan kasih sayang....
Kau tak pernah menjadikan kesibukanmu itu untuk kau lari dari amanahmu meskipun jadualmu padat dengan agenda-agenda bersama masyarakat dan kaum sejenismu....
Cekalnya engkau mendidik anak-anak...
Kau kenalkan mereka dengan Allah, Rasul saw, para sahabat yang mulia serta para
pejuang Islam...
Kau titipkan semangat mereka sebagai generasi pelapis jundullah...
Kau asuh mereka hidup dengan Al Quran...
Malah kau temani mereka mengulangkaji pelajaran dikala menjelang imtihan...

Isteriku...
Barangkali inilah pelajaran dari ustadzah Zainab Al Ghazali...
Tangan yang mengayun buaian dapat mengguncang dunia...
Kau beri didikan dua generasi sekaligus, generasi kini dan generasi kan datang


Suaminmu dan anak-anakmu dengan MAHABBAH
Andai ibunda Khadijah Al Kubra masih ada..
Pasti beliau tersenyum bangga karena masih ada srikandi Islam...
SEPERTIMU....WAHAI ISTERIKU..


Dari sebuah Dinding Dakwah 

Comments

Popular posts from this blog

Kumpulan ceramah Ustadz Adi Hidayat Lc. MA

Adi Hidayat , Lahir di Pandeglang, Banten, 11 September 1984. Beliau memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI. Di dua sekolah dasar ini beliau juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang. Dalam program ini, beliau juga menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama. Dalam proses pendidikan dasar ini,  Adi Hidayat  kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama. Di madrasah ini, beliau juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri. Tahun 1997, beliau melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-...

INDIBATH (Disiplin)

Oleh : Asfuri Bahri Al-Indibath Az-Dzati Indibath adalah ciri utama yang menopang keberlangsungan dunia kerja seseorang. Tanpa indibath seseorang tidak mungkin mampu mencapai kesuksesan yang pernah menjadi impian dalam hidupnya. Ada beberapa pengertian tentang indibath. Di antaranya, indibath adalah kedisiplinan diri atau penguasaan terhadap diri seperti yang disebutkan dalam sebuah atsar, “Jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu.” (Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad melawan nafsu). Rasulullah memuji orang yang senantiasa mempunyai control dalam kondisi pelik dan tidak terbawa oleh nafsu syahwat. Beliau bersabda, إن الله يحب البصر الناقد عند ورود الشبهات والعقل الكامل عند هجوم الشهوات “Sesungguhnya Allah menyukai pandangan yang kritis di saat banyaknya syubuhat dan otak yang sempurna di saat serangan syahwat.” Mengendalikan diri adalah tahapan pertama dan terakhir untuk merealisasikan kesuksesan hidup. Karena pada dasarnya mu...

Jika Kacang Lupa Kulitnya

Hal yang wajar bila seorang makin berharap menjadi kaya, orang bodoh bercita-cita menjadi pintar, pejabat rendahan menginginkan jabatan yang tinggi. Seorang pengangguran ingin cepat mendapat pekerjaan tetap, seorang politisi ingin segera mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Semua keinginan di atas wajar dan boleh-boleh saja. Agama tidak melarang. Bahkan Allah membuka pintu do'a bagi mereka yang punya berbagai harapan. Jika dimohon dengan sungguh-sungguh, Allah pasti mengabulkan. Adapun banyak sedikitnya, dalam tempo segera atau ditunda, semua bergantung pada kemurahan Tuhan. Pada dasarnya semua yang ditimpakan kepada manusia baik atau buruk adalah ujian. Tapi ternyata hanya mereka yang ditimpa keburukan saja yang merasa diuji, sementara yang diberi kebaikan merasa dikasihi. Padahal bisa jadi yang ditimpa keburukan itu justru yang menjadi kekasih Tuhan. "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada K...