Skip to main content

Tujuan Tarbiyah bagi Keluarga


Selain tujuan tarbiyah untuk pribadi wanita muslimah, tarbiyah juga memiliki tujuan yang berkaitan dengan keluarga. Berikut adalah tujuan tarbiyah wanita muslimah bagi keluarga:
a.      Mendapatkan suami yang mengaplikasikan syar’iyah dan mendukung dakwah
            Islam meletakkan pernikahan sebagai bagian yang utuh dari keberagamaan seseorang, artinya dengan seseorang beragama Islam padanya dikenakan aturan pernikahan. Rasulullah saw pernah bersabda :
                “Wahai para pemuda, barangsiapa telah mampu di antara kalian hendaklah melaksanakan pernikahan, karena ia dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan (kehormatan). Barangsiapa tidak mampu hendaklah berpuasa, karena ia menjadi benteng perlindungan”  (Riwayat Bukhary, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
Sebagian ulama kita memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan “mampu” dalam hadits di atas adalah kemampuan berjimak. Akan tetapi menilik dari tujuan pernikahan yang sangat agung, yaitu menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah, maka kesiapan dalam bentuk kemampuan berjimak saja tentu tidaklah cukup.
Dalam proses pernikahan harus terjadi upaya mempertemukan banyak kepentingan, dan bukan mempertentangkan kepentingan-kepentingan tersebut.  Ada kepentingan fitrah kemanusiaan, ada kepentingan fikih atau hukum Islam yang mengatur tentang prosesi pernikahan dari awal sampai akhirnya. Ada kepentingan dakwah, bahwa perluasan medan dan pengaruh dakwah, penguatan jaringan, penyebaran potensi SDM ke berbagai daerah merupakan aspek-aspek kepentingan dakwah dalam pernikahan. 
Tarbiyah bagi wanita muslimah diharapkan mengarahkan proses pernikahan yang sesuai kaidah syar’iyah dan kemaslahatan dakwah. Wanita muslimah bisa mendapatkan suami yang mendukung dakwah dan mengoptimalkan berbagai potensi positif setelah menjalani kehidupan berumah tangga. Tanpa tarbiyah, orientasi mendapatkan suami sering kali terjebak dalam hal-hal yang bersifat materi dan keduniaan semata.
Banyak dijumpai proses pernikahan yang tidak berada dalam koridor syariat. Para wanita muslimah menikah dengan laki-laki yang tidak memiliki komitmen syariah, juga tidak memiliki dukungan riil terhadap dakwah. Proses tarbiyah memahamkan dan juga menanamkan nilai pentingnya membentuk keluarga, diawali dengan pemilihan calon suami yang akan memberikan kontribusi optimal bagi dakwah Islam dan kejayaan kaum muslimin.
b.      Terciptanya keluarga yang dipenuhi oleh pengarahan Islam
Tujuan tarbiyah Islamiyah bagi para wanita muslimah mencakup pula pembentukan keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah dan dipenuhi oelh pengarahan (taujih) Islam. Keluarga yang penuh barakah karena didirikan di atas motivasi ibadah. Dengan tarbiyah, diharapkan para wanita muslimah mengerti posisi, peran dan tanggung jawabnya dalam rumah tangga.
Betapa banyak keluarga muslim yang tidak memiliki kebahagiaan dalam berumah tangga. Yang terjadi hanyalah ketegangan hubungan dan komunikasi yang tidak lancar antara suami dan isteri. Mereka saling menuntut hak masing-masing dengan mengabaikan kewajiban terhadap yang lain. Kondisi ini tentu sangat jauh dari ideal, dan akan menyebabkan munculnya berbagai macam patologi sosial yang membahayakan tatanan umat secara keseluruhan.
Keluarga yang sakinah adalah tuntutan syari’at Islam, karena dengan kebaikan keluarga akan baik pula masyarakat dan bangsa. Menurut Hibbah Rauf Izzat, dalam Islam keluarga adalah unit yang sangat mendasar di antara unit-unit pembangunan alam semesta. Ismail Raji Al Faruqi bahkan menganggap keluarga merupakan infrastruktur bagi masyarakat Islam yang bersaing dengan infrastruktur masyarakat lain di dalam mewujudkan tujuan-tujuan konsep istikhlaf.
Oleh karenanya keluarga harus menjadi basis dari upaya memulai dan melakukan kebaikan. Keluarga yang diliputi oleh suasana cinta dan kasih sayang di antara anggotanya, akan menyebabkan kekokohan dan ketangguhan keluarga tersebut dalam mengemban misi dakwah Islam.
Allah telah berfirman :
Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa cinta kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (Ar Rum: 21).
Tarbiyah bagi akhwat muslimah diharaplkan mampu memberikan motivasi yang kuat untuk mensuasanakan keluarga agar senantiasa berada dalam ruang lingkup pengarahan Islam, dan tidak keluar dari hal tersebut. Jika isteri yang dalam rumah tangga menjadi pengelola (rabatul bait) tidak tersentuh tarbiyah Islamiyah, bisa menyebabkan disorientasi dalam keluarga. Pengarahan Islam bisa ditinggalkan, sehingga rumah tangga berjalan tanpa kepastian arah yang dikehendaki Islam.
Para wanita muslimah yang tidak berada dalam suasana pentarbiyahan, sering mengelola rumah tangga tidak dengan sebusah kesadaran yang utuh bahwa mereka sedang membangun peradaban besar. Banyak yang terjebak dalam pemahaman yang parsial dan prtagmatis, bahwa berkeluarga semata-mata menyalurkan kebutuhan dan naluri untuk hidup bersama suami isteri, tanpa sebuah misi yang amat sakral dan suci. Tarbiyah yang memberikan penguatan kepada setiap pihak, baik laki-laki maupun wanita muslimah, bahwa berkeluarga adalah bagian utuh untuk menciptakan peradaban masa depan, oleh karenanya harus tersuasanakan dalam pengarahan Islam.
c.                Membentuk keluarga yang terlibat dalam amal Islami
Tarbiyah bagi akhwat muslimah diharapkan akan mendorong terbentuknya keluarga yang berkhiudmat untuk Islam. Seluruh anggota keluarga terlibat dalam amal Islami, dalam berbagai bidang kehidupan.  Semenjak sebelum menikah, para akhwat muslimah telah diarahkan oleh proses tarbiyah untuk aktif terlibat dalam amal Islami. Setelah berkeluarga, tarbiyah tetap mengarahkan para akhwat untuk mengambil peran yang signifikan dalam upaya perbaikan masyaraikat.
Tanpa tarbiyah, banyak keluarga muslim sekedar menjadi baik untuk mereka sendiri, tanpa memiliki kepedualian untuk mengajak pihak lain berada\dalam barisan kebaikan. Tentu saja tidak cukup menjadi baik secara individual, sebab Allah menuntut kaum muslimin untuk menjaga keluarganya dari api neraka:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (At Tahrim: 6).
Pada kenyataannya, menjaga diri dan keluarga tidak bisa dilakukan sendirin, karena kita berada dalam kehidupan bersama masyarakat luas. Sebaik apapun sebuah keluarga apbila berada dalam lingkungan yang jelek, akan sanggup menghancurkan kebaikan tersebut secara perlahan. Kenyataan ini menunjukkan pentingnya seluruh komponen masyarakat terlibat dalam preoses tarbiyah Islamiyah 8untuk memperbaiki diri, sehingga akan menjadi baik pula keluarga dan masyarakat.
Kaum muslimah yang menjadi bagian dari anggota keluarga perlu dipersiapkan untuk menjadi pelaku amal Islami yang terlibat secara aktif untuk menjadi agen perubahan. Memperbaiki dan membimbing masyarakat bukanlah pekerjaan yang bisa dilaksanakan hanya oleh kaum laki-laki. Pada kenyataannya, kehidupan bermasyarakat banyak ditentukan oleh kebaikan semua anggotanya, baik laki-laki maupun wanita. Dengan demikian, pengarahan masyarakat agarsesuai dengan nilai Islam juga menjadi bagian utuh dari proyek akhwta ,muslimah.

Tarbiyah merupakan sebuah proses yang mendidik orientasi namun juga ilmu dan ketrampilan bagi akhwat muslimah untuk bisa mengambil peran dalam amal Islami bersama dengan semua anggota keluarga yang lain. Suami dan anak-anak apabila tidak memiliki keterlibatan dalam amal Isalmi harus diorong oleh para isteri muslimah agar bersemangat menunaikan peran perbaikan masyarakat.

Comments

Popular posts from this blog

INDIBATH (Disiplin)

Oleh : Asfuri Bahri Al-Indibath Az-Dzati Indibath adalah ciri utama yang menopang keberlangsungan dunia kerja seseorang. Tanpa indibath seseorang tidak mungkin mampu mencapai kesuksesan yang pernah menjadi impian dalam hidupnya. Ada beberapa pengertian tentang indibath. Di antaranya, indibath adalah kedisiplinan diri atau penguasaan terhadap diri seperti yang disebutkan dalam sebuah atsar, “Jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu.” (Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad melawan nafsu). Rasulullah memuji orang yang senantiasa mempunyai control dalam kondisi pelik dan tidak terbawa oleh nafsu syahwat. Beliau bersabda, إن الله يحب البصر الناقد عند ورود الشبهات والعقل الكامل عند هجوم الشهوات “Sesungguhnya Allah menyukai pandangan yang kritis di saat banyaknya syubuhat dan otak yang sempurna di saat serangan syahwat.” Mengendalikan diri adalah tahapan pertama dan terakhir untuk merealisasikan kesuksesan hidup. Karena pada dasarnya mu...

Jika Kacang Lupa Kulitnya

Hal yang wajar bila seorang makin berharap menjadi kaya, orang bodoh bercita-cita menjadi pintar, pejabat rendahan menginginkan jabatan yang tinggi. Seorang pengangguran ingin cepat mendapat pekerjaan tetap, seorang politisi ingin segera mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Semua keinginan di atas wajar dan boleh-boleh saja. Agama tidak melarang. Bahkan Allah membuka pintu do'a bagi mereka yang punya berbagai harapan. Jika dimohon dengan sungguh-sungguh, Allah pasti mengabulkan. Adapun banyak sedikitnya, dalam tempo segera atau ditunda, semua bergantung pada kemurahan Tuhan. Pada dasarnya semua yang ditimpakan kepada manusia baik atau buruk adalah ujian. Tapi ternyata hanya mereka yang ditimpa keburukan saja yang merasa diuji, sementara yang diberi kebaikan merasa dikasihi. Padahal bisa jadi yang ditimpa keburukan itu justru yang menjadi kekasih Tuhan. "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada K...