Skip to main content

MEMAAFKAN



Seringkali, memaafkan bukanlah karena orang yang bersalah layak dimaafkan. Memaafkan itu, bagi kita adalah karena kita sungguh berhak untuk dianugerahi ketenteraman hati.
Maka kita teringat sebuah kisah.
Dia masih kecil ketika harus menyaksikan ayah dan seluruh anggota keluarganya yang suci dibantai di Padang Karbala. Dia tumbuh sebagai yatim-piatu dengan warisan luka yang dalam menyayat hati..
Tak putus-putus derita dan penistaan yang dilakukan orang kepadanya. Tetapi lelaki ini, ‘Ali Zainal ‘Abidin ibn Husain ibn 'Ali ibn Abi Thalib membuktikan diri sebagai keturunan Sang Nabi ﷺ akhir zaman yang mewarisi kemuliaan tak terperi.
“Tidakkah kau hidup dengan dendam,” tanya seseorang, “Kepada orang-orang yang telah menimpakan nestapa pada keluargamu?”
Ya, pertanyaan itu layak diajukan sebab ketika kemalangan menimpa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Karbala; ada yang ditimpa gangguan jiwa, ada yang berantakan keluarganya, ada yang dari berkuasa berubah jadi buronan, ada yang dilanda kebangkrutan; justru 'Ali Zainal 'Abidin menyediakan tempat dan menyantuni mereka.
Inilah jawabnya sambil tersenyum, “Aku selalu tanamkan pada diri ini, bahwa berdengki itu artinya kau menuang racun ke dalam mulutmu sendiri hingga tertenggak sampai usus, lalu berharap bahwa musuh-musuhmulah yang akan mati karenanya. Apakah yang demikian itu tindakan orang berakal?”
‘Ali Zainal ‘Abidin ibn Husain adalah cahaya yang menenggelamkan semua gelap dendam. Dia mengambil jalan tinggi, mengatasi semua rasa sakit dan luka lama. Dia menyembuhkan lara itu.
Sebab dia memahami bahwa yang benar-benar berarti bukanlah apa yang terjadi pada dirinya, melainkan apa yang terdapat di dalam dirinya. Dia melihat kebutuhan jiwanya akan kebaikan, dan oleh sebab itu dia menyalurkan kebaikan tersebut kepada orang lain. Dia menginsyafi bahwa dirinya bukanlah korban. Dengan sadar dia memang memilih untuk menjadi mulia dengan melayani orang lain. Dia menetapkan standar lebih tinggi untuk dirinya sendiri dibandingkan apa yang akan dilekatkan orang pada dirinya.
Di saat lelaki agung ini wafat dan jenazahnya dimandikan, keluarga menemukan galur menghitam di punggungnya. Itulah saksi bahwa sepanjang hidupnya, dialah penyantun fakir dan anak-anak yatim di seantero Madinah yang berkeliling tiap malam memikul sendiri bantuan untuk dibagikan. Tiada yang mengetahui akhlak mulia ini hingga akhir wafatnya, ketika tak ada lagi fakir yang menemukan bantuan di depan rumahnya masing-masing sepeninggalnya.
Allahumma shalli 'alaa Sayyidina Muhammad wa 'alaa Alihi wa Ashhabihi Ajma'iin.

@salimafillah

Comments

Popular posts from this blog

Kumpulan ceramah Ustadz Adi Hidayat Lc. MA

Adi Hidayat , Lahir di Pandeglang, Banten, 11 September 1984. Beliau memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI. Di dua sekolah dasar ini beliau juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang. Dalam program ini, beliau juga menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama. Dalam proses pendidikan dasar ini,  Adi Hidayat  kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama. Di madrasah ini, beliau juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri. Tahun 1997, beliau melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-...

INDIBATH (Disiplin)

Oleh : Asfuri Bahri Al-Indibath Az-Dzati Indibath adalah ciri utama yang menopang keberlangsungan dunia kerja seseorang. Tanpa indibath seseorang tidak mungkin mampu mencapai kesuksesan yang pernah menjadi impian dalam hidupnya. Ada beberapa pengertian tentang indibath. Di antaranya, indibath adalah kedisiplinan diri atau penguasaan terhadap diri seperti yang disebutkan dalam sebuah atsar, “Jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu.” (Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad melawan nafsu). Rasulullah memuji orang yang senantiasa mempunyai control dalam kondisi pelik dan tidak terbawa oleh nafsu syahwat. Beliau bersabda, إن الله يحب البصر الناقد عند ورود الشبهات والعقل الكامل عند هجوم الشهوات “Sesungguhnya Allah menyukai pandangan yang kritis di saat banyaknya syubuhat dan otak yang sempurna di saat serangan syahwat.” Mengendalikan diri adalah tahapan pertama dan terakhir untuk merealisasikan kesuksesan hidup. Karena pada dasarnya mu...

Jika Kacang Lupa Kulitnya

Hal yang wajar bila seorang makin berharap menjadi kaya, orang bodoh bercita-cita menjadi pintar, pejabat rendahan menginginkan jabatan yang tinggi. Seorang pengangguran ingin cepat mendapat pekerjaan tetap, seorang politisi ingin segera mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Semua keinginan di atas wajar dan boleh-boleh saja. Agama tidak melarang. Bahkan Allah membuka pintu do'a bagi mereka yang punya berbagai harapan. Jika dimohon dengan sungguh-sungguh, Allah pasti mengabulkan. Adapun banyak sedikitnya, dalam tempo segera atau ditunda, semua bergantung pada kemurahan Tuhan. Pada dasarnya semua yang ditimpakan kepada manusia baik atau buruk adalah ujian. Tapi ternyata hanya mereka yang ditimpa keburukan saja yang merasa diuji, sementara yang diberi kebaikan merasa dikasihi. Padahal bisa jadi yang ditimpa keburukan itu justru yang menjadi kekasih Tuhan. "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada K...