Jalan
dakwah mengajarkan bahwa kami memang membutuhkan dakwah, bukan sebaliknya,
kebersamaan dengan saudara-saudara dijalan ini semakin menegaskan bahwa kami
harus hidup bersama mereka dijalan ini agar berhasil dalam hidup didunia dan
akhirat kami, walau dengan begitu banyak karakter yang berbeda diantara kami,
tapi kami tetap membutuhkan kebersamaan, karena tabi’at jalan ini begitu
panjang serta penuh dengan rintangan.
Ketika
kami mencoba membangun kebersamaan dijalan ini selalu kami sadari bahwa
masing-masing dari kami akan mendapat tanggung jawab yang berbeda, sehingga
kami tidak mempermasalahkan hal tersebut karena tidak semua batu bata
diletakkan pada posisi yang tinggi, dan tidak semuanya harus dibawah. Bahkan terkadang
si tukang batu, akan memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup
posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya. Hal itu pula
yang mengajarkan kami kebesaran hati dan tanggung jawab karena kami adalah batu
bata dengan segala keunikannya dari bangunan dakwah ini. Keberadaan kami disini
untuk menolong bukan di tolong, hal itu hanya akan mampu kami lakukan dengan
keseimbangan ibadah dan mu’amalah agar kami kuat. Kebersamaan kami dijalan ini
terkait lima hal, yaitu keterikatan aqidah, fikrah, persaudaraan, organisasi,
dan janji. Yang perlu kami lakukan hanyalah mempertegas komitmen kami terhadap
segala peraturan dijalan ini, karena dikiri dan kanan hanya terdapat jurang
yang dalam dan terjal. Kami takut akan hal melemahkan kami baik itu pemahaman
yang dangkal dari setiap batu bata dijalan ini, ketakutan dan kekhawatiran,
motif ketertarikan antar individu bukan manhaj. Semua itu akan kami bayar
dengan mahar yang tinggi untuk menghilangkannya yaitu tsiqah, kami percaya
dakwah tidak akan menzalimi kami, karena biduk ini dikaruniakan Allah yang amat
mencinta kami.
Perjalanan ini adalah perjalan dengan aroma semerbak, hal
itu kami sadari saat kami meyakini bahwa dalam hidup ini, setiap orang
mempunyai kelompok dan jama’ahnya sendiri. Dan setiap kelompok mempunyai simbol
dan syiarnya sendiri-sendiri. Tapi setiap orang jika tidak diikat dan dihimpun
oleh Al Haq, maka ia akan tercerai berai oleh kebatilan. Kami menyukai apa saja
yang ada dalam jama’ah ini, walau kewajiban lebih banyak dari waktu yang
tersedia, karena itu kami akan menggunakannya sebaik mungkin. Setiap dari
saudara kami mempunyai kelebihan, kami merasakan hal tersebut saat kami telah
melalui proses berta’aruf dan tafahum terhadap mereka, kami merasakan aroma
keshalihan dari setiap saudara kami sebagai energi bagi kami untuk mempershalih
diri, sehingga kami takut terlepas dari mereka, kami bergantung akan energi
yang mereka miliki, kami ingin Allah mencintai kami sebagaimana Allah mencintai
mereka. Disamping itu setiap kami juga mempunyai amal yang tersembunyi untuk
menjaga hati-hati kami, karena begitu tipis antara ria dan ikhlas disetiap
relungnya. Kami menyadari keberadaan kami dijalan ini atas usaha keras
saudara-saudara kami membawa kami kesini, sehingga kami pun menyadari kami pun
harus menebarkan keshalihan tersebut sebagai medan magnet yang lebih besar
untuk menarik semua orang menjadi bagian dari jama’ah ini, baik itu dalam
bentuk pembinaan atau upaya-upaya mengakkan kebaikan dimuka bumi ini.
Ketika melewati jalan yang mendaki, dakwah ini
mengajarkan kami bahwa sebaiknya kami terlebih dahulu melakukan prasangka baik
kepada orang lain, sampai jelas suatu kebenaran itu benar dan kesalahan itu
kesalahan. Sehingga kami terus
mengkaji yang tersurat dan tersirat. Kami menyadari tidak mungkin sebuah jam’ah
dakwah atau kelompok manapun yang bersih sama sekali dari anasir tidak baik dan
rusak, bahkan hal tersebut bisa terjadi pada level pimpinan, tapi hal tersebut
bukan berarti kami akan meninggalkan jalan ini, yang perlu kami lakukan adalah
memperbaikinya dan meluruskannya bukan lari, sebagaimana seorang dokter tidak
boleh meninggalkan pasiennya. Kami menyadari jalan ini bukan jalan yang ditempuh oleh
malaikat. Hikmah berharga dari kesalahan adalah kami tidak boleh menyebar luaskan
kesalahan saudara kami, kami belajar dari kesalahan tersebut agar tidak
terulang, serta tidak ada yang sempurna didunia. Turunnya kami dalam spectrum
politik pada dasarnya adalah tugas dakwah dalam langkah memelihara keadaan
masyarakat dari berbagai sisi dan level, sehingga diharapkan tiada bias
diantara kader yang melakukan pengkotomian terhadap dakwah dan politik, sehingga
diharapkan setiap kami memberikan totalitasnya dalam hal tersebut, karena kami
menyadari setiap kami merupakan mesin-mesin dakwah, yang satu dan lainnya
terkait, sehingga diamnya kami akan membuat mesin berhenti. Berhenti dari
dakwah merupakan hal yang tidak mungkin akan kami lakukan. Setiap bagunan ada
penyangganya, hal yang terpenting dari penyangga bangunan ini adalah nasihat.
Keletihan itu akan menjadi beban ketika kami merasakan
sebagai keletihan fisik yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka
sesungguhnya kesempitan jalan ini, pasti menyimpan hikmah yang luar biasa yang
akan tercurah dalam bentuk rahmat Allah SWT. Kami mencoba mencari kesejukan
untuk meringankan langkah dengan saling berdo’a diantara sepi, menitikkan air
mata mendoakan sesama kami, agar Allah meringankan langkah saudara kami.
Terkadang kami juga membaca sirah orang-orang shalih agar kami kuat seperti
mereka. Tidak ada yang mubazir dari segala hal dijalan ini, bahkan keletihan pun
mampu kami urai kembali menjadi energi yang lebih besar dari energi sebelumnya
yang telah kami keluarkan, setiap kesulitan malah menjadi sumber kekuatan, hal
tersebut bersumber dari sebuah inti yang kami namakan jiddiyah (Kesungguhan), yang kami peroleh dari kebersamaan yang
dilahirkan dari amal-amal shalih. Kami menyadari keterlibatan kami dalam dakwah
ini sebagai fase ‘ilaj
(terapi/pengobatan) terhadap segala maksiat yang kami lakukan karena jalan
dakwah adalah poros Ri’ayah Rabbaniyah. Kami
bergerak dijalan ini karena diri sendiri bukan orang lain, bukan karena figure
tertentu, kami menjadikan dakwah sebagai pijakan kaki kaki untuk mengejar
kesempurnaan, karena kami menyadari nilai sebuah gerakan dakwah ada pada
prinsip-pripsip perjuangan bukan pada sikap personilnya. Kami pun berehat lewat sebuah terminal yang bernama
canda diantara kami….
Perjalanan ini tidak boleh berhenti,
Dan tiada yang dapat menghentikan kami,
Selama Allah masih memikulkan kepada kami, kami berjanji
akan hal tersebut……….
Comments
Post a Comment