Skip to main content

BEGINILAH JALAN DAKWAH MENGAJARKAN KAMI




Jalan dakwah mengajarkan bahwa kami memang membutuhkan dakwah, bukan sebaliknya, kebersamaan dengan saudara-saudara dijalan ini semakin menegaskan bahwa kami harus hidup bersama mereka dijalan ini agar berhasil dalam hidup didunia dan akhirat kami, walau dengan begitu banyak karakter yang berbeda diantara kami, tapi kami tetap membutuhkan kebersamaan, karena tabi’at jalan ini begitu panjang serta penuh dengan rintangan.
Ketika kami mencoba membangun kebersamaan dijalan ini selalu kami sadari bahwa masing-masing dari kami akan mendapat tanggung jawab yang berbeda, sehingga kami tidak mempermasalahkan hal tersebut karena tidak semua batu bata diletakkan pada posisi yang tinggi, dan tidak semuanya harus dibawah. Bahkan terkadang si tukang batu, akan memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya. Hal itu pula yang mengajarkan kami kebesaran hati dan tanggung jawab karena kami adalah batu bata dengan segala keunikannya dari bangunan dakwah ini. Keberadaan kami disini untuk menolong bukan di tolong, hal itu hanya akan mampu kami lakukan dengan keseimbangan ibadah dan mu’amalah agar kami kuat. Kebersamaan kami dijalan ini terkait lima hal, yaitu keterikatan aqidah, fikrah, persaudaraan, organisasi, dan janji. Yang perlu kami lakukan hanyalah mempertegas komitmen kami terhadap segala peraturan dijalan ini, karena dikiri dan kanan hanya terdapat jurang yang dalam dan terjal. Kami takut akan hal melemahkan kami baik itu pemahaman yang dangkal dari setiap batu bata dijalan ini, ketakutan dan kekhawatiran, motif ketertarikan antar individu bukan manhaj. Semua itu akan kami bayar dengan mahar yang tinggi untuk menghilangkannya yaitu tsiqah, kami percaya dakwah tidak akan menzalimi kami, karena biduk ini dikaruniakan Allah yang amat mencinta kami.
Perjalanan ini adalah perjalan dengan aroma semerbak, hal itu kami sadari saat kami meyakini bahwa dalam hidup ini, setiap orang mempunyai kelompok dan jama’ahnya sendiri. Dan setiap kelompok mempunyai simbol dan syiarnya sendiri-sendiri. Tapi setiap orang jika tidak diikat dan dihimpun oleh Al Haq, maka ia akan tercerai berai oleh kebatilan. Kami menyukai apa saja yang ada dalam jama’ah ini, walau kewajiban lebih banyak dari waktu yang tersedia, karena itu kami akan menggunakannya sebaik mungkin. Setiap dari saudara kami mempunyai kelebihan, kami merasakan hal tersebut saat kami telah melalui proses berta’aruf dan tafahum terhadap mereka, kami merasakan aroma keshalihan dari setiap saudara kami sebagai energi bagi kami untuk mempershalih diri, sehingga kami takut terlepas dari mereka, kami bergantung akan energi yang mereka miliki, kami ingin Allah mencintai kami sebagaimana Allah mencintai mereka. Disamping itu setiap kami juga mempunyai amal yang tersembunyi untuk menjaga hati-hati kami, karena begitu tipis antara ria dan ikhlas disetiap relungnya. Kami menyadari keberadaan kami dijalan ini atas usaha keras saudara-saudara kami membawa kami kesini, sehingga kami pun menyadari kami pun harus menebarkan keshalihan tersebut sebagai medan magnet yang lebih besar untuk menarik semua orang menjadi bagian dari jama’ah ini, baik itu dalam bentuk pembinaan atau upaya-upaya mengakkan kebaikan dimuka bumi ini.
Ketika melewati jalan yang mendaki, dakwah ini mengajarkan kami bahwa sebaiknya kami terlebih dahulu melakukan prasangka baik kepada orang lain, sampai jelas suatu kebenaran itu benar dan kesalahan itu kesalahan. Sehingga kami terus mengkaji yang tersurat dan tersirat. Kami menyadari tidak mungkin sebuah jam’ah dakwah atau kelompok manapun yang bersih sama sekali dari anasir tidak baik dan rusak, bahkan hal tersebut bisa terjadi pada level pimpinan, tapi hal tersebut bukan berarti kami akan meninggalkan jalan ini, yang perlu kami lakukan adalah memperbaikinya dan meluruskannya bukan lari, sebagaimana seorang dokter tidak boleh meninggalkan pasiennya. Kami menyadari jalan ini bukan jalan yang ditempuh oleh malaikat. Hikmah berharga dari kesalahan adalah kami tidak boleh menyebar luaskan kesalahan saudara kami, kami belajar dari kesalahan tersebut agar tidak terulang, serta tidak ada yang sempurna didunia. Turunnya kami dalam spectrum politik pada dasarnya adalah tugas dakwah dalam langkah memelihara keadaan masyarakat dari berbagai sisi dan level, sehingga diharapkan tiada bias diantara kader yang melakukan pengkotomian terhadap dakwah dan politik, sehingga diharapkan setiap kami memberikan totalitasnya dalam hal tersebut, karena kami menyadari setiap kami merupakan mesin-mesin dakwah, yang satu dan lainnya terkait, sehingga diamnya kami akan membuat mesin berhenti. Berhenti dari dakwah merupakan hal yang tidak mungkin akan kami lakukan. Setiap bagunan ada penyangganya, hal yang terpenting dari penyangga bangunan ini adalah nasihat.
Keletihan itu akan menjadi beban ketika kami merasakan sebagai keletihan fisik yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan jalan ini, pasti menyimpan hikmah yang luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Allah SWT. Kami mencoba mencari kesejukan untuk meringankan langkah dengan saling berdo’a diantara sepi, menitikkan air mata mendoakan sesama kami, agar Allah meringankan langkah saudara kami. Terkadang kami juga membaca sirah orang-orang shalih agar kami kuat seperti mereka. Tidak ada yang mubazir dari segala hal dijalan ini, bahkan keletihan pun mampu kami urai kembali menjadi energi yang lebih besar dari energi sebelumnya yang telah kami keluarkan, setiap kesulitan malah menjadi sumber kekuatan, hal tersebut bersumber dari sebuah inti yang kami namakan jiddiyah (Kesungguhan), yang kami peroleh dari kebersamaan yang dilahirkan dari amal-amal shalih. Kami menyadari keterlibatan kami dalam dakwah ini sebagai fase ‘ilaj (terapi/pengobatan) terhadap segala maksiat yang kami lakukan karena jalan dakwah adalah poros Ri’ayah Rabbaniyah. Kami bergerak dijalan ini karena diri sendiri bukan orang lain, bukan karena figure tertentu, kami menjadikan dakwah sebagai pijakan kaki kaki untuk mengejar kesempurnaan, karena kami menyadari nilai sebuah gerakan dakwah ada pada prinsip-pripsip perjuangan bukan pada sikap personilnya. Kami pun berehat lewat sebuah terminal yang bernama canda diantara kami….
Perjalanan ini tidak boleh berhenti,
Dan tiada yang dapat menghentikan kami,

Selama Allah masih memikulkan kepada kami, kami berjanji akan hal tersebut……….

Comments

Popular posts from this blog

INDIBATH (Disiplin)

Oleh : Asfuri Bahri Al-Indibath Az-Dzati Indibath adalah ciri utama yang menopang keberlangsungan dunia kerja seseorang. Tanpa indibath seseorang tidak mungkin mampu mencapai kesuksesan yang pernah menjadi impian dalam hidupnya. Ada beberapa pengertian tentang indibath. Di antaranya, indibath adalah kedisiplinan diri atau penguasaan terhadap diri seperti yang disebutkan dalam sebuah atsar, “Jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu.” (Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad melawan nafsu). Rasulullah memuji orang yang senantiasa mempunyai control dalam kondisi pelik dan tidak terbawa oleh nafsu syahwat. Beliau bersabda, إن الله يحب البصر الناقد عند ورود الشبهات والعقل الكامل عند هجوم الشهوات “Sesungguhnya Allah menyukai pandangan yang kritis di saat banyaknya syubuhat dan otak yang sempurna di saat serangan syahwat.” Mengendalikan diri adalah tahapan pertama dan terakhir untuk merealisasikan kesuksesan hidup. Karena pada dasarnya mu...

Jika Kacang Lupa Kulitnya

Hal yang wajar bila seorang makin berharap menjadi kaya, orang bodoh bercita-cita menjadi pintar, pejabat rendahan menginginkan jabatan yang tinggi. Seorang pengangguran ingin cepat mendapat pekerjaan tetap, seorang politisi ingin segera mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Semua keinginan di atas wajar dan boleh-boleh saja. Agama tidak melarang. Bahkan Allah membuka pintu do'a bagi mereka yang punya berbagai harapan. Jika dimohon dengan sungguh-sungguh, Allah pasti mengabulkan. Adapun banyak sedikitnya, dalam tempo segera atau ditunda, semua bergantung pada kemurahan Tuhan. Pada dasarnya semua yang ditimpakan kepada manusia baik atau buruk adalah ujian. Tapi ternyata hanya mereka yang ditimpa keburukan saja yang merasa diuji, sementara yang diberi kebaikan merasa dikasihi. Padahal bisa jadi yang ditimpa keburukan itu justru yang menjadi kekasih Tuhan. "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada K...

Tujuan Tarbiyah bagi Keluarga

Selain tujuan tarbiyah untuk pribadi wanita muslimah, tarbiyah juga memiliki tujuan yang berkaitan dengan keluarga. Berikut adalah tujuan tarbiyah wanita muslimah bagi keluarga: a.         Mendapatkan suami yang mengaplikasikan syar’iyah dan mendukung dakwah             Islam meletakkan pernikahan sebagai bagian yang utuh dari keberagamaan seseorang, artinya dengan seseorang beragama Islam padanya dikenakan aturan pernikahan. Rasulullah saw pernah bersabda :                   “Wahai para pemuda, barangsiapa telah mampu di antara kalian hendaklah melaksanakan pernikahan, karena ia dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan (kehormatan). Barangsiapa tidak mampu hendaklah berpuasa, karena ia menjadi benteng perlindungan”  (Riwayat Bukhary, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i). Sebagian ulama kita mem...