Skip to main content

KURANG PIKNIK dan "AKU TAK TAHU"


Kurang piknik tak selalu tak baik. Seperti keagungan Imam Malik.
Dibanding para Imam Ahlis Sunnah lainnya, barangkali beliaulah yang tersedikit melakukan rihlah 'ilmiyah, mencukupkan diri dengan ilmu dan atsar dari guru-gurunya di Madinah. Tapi justru karena kurang piknik, nyaris tak pernah keluar dari Madinah sepanjang hidupnya selain untuk berhaji, beliaulah rujukan tepercaya sebagai Imam Daril Hijrah.
Dikatakan bahwa ilmu para sahabat Rasulillah ﷺ tersebar pada 7 Tabi'in Fuqaha' Madinah; Al Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr Ash Shiddiq, Salim ibn 'Abdillah ibn 'Umar Al Faruq, 'Urwah ibn Zubair ibn Al 'Awwam, Abu Salamah ibn 'Abdirrahman ibn 'Auf, Kharijah ibn Zaid ibn Tsabit, Sulaiman ibn Yasar, dan Sa'id ibn Al Musayyib. Dan ilmu ketujuh beliau nantinya berhimpun kembali dalam diri Imam Malik.
Cintanya pada bumi berkah di mana Rasulullah ﷺ mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar ini amat dalam. Bahkan beliau mendasarkan fiqihnya salah satunya dengan 'Perbuatan Penduduk Madinah'. Salah satu konsekuensinya, hadits yang shahih dari sahabat Rasulillah namun tak diamalkan penduduk Madinah dapat menjadi batal kehujjahannya di sisi beliau rahimahuLlah, seperti dalam soal puasa 6 hari di Bulan Syawal semisal.
Tapi kita mesti tahu, wibawa orang kurang piknik ini membuat para Khalifah merunduk. Suatu ketika Harun Ar Rasyid mengundangnya untuk membacakan hadits-hadits Rasulillah bagi dirinya dan putra-putranya. Jawaban sang Imam menghentak, "Ilmu itu didatangi. Bukan mendatangi."
Maka Harun Ar Rasyid beserta putranya hadir ke majelis beliau yang mulia, itupun dengan diperingatkan, "Hendaknya duduk di manapun tempat tersedia, jangan lancang melangkahi pundak orang-orang." Maka Imam Malik yang untuk membacakan hadits Rasulillah ﷺ selalu memakai pakaian terbaik, bersurban indah, berwangian harum, berada dalam keadaan wudhu', terlihat lebih megah melebihi sang Khalifah.
Watak fiqih atsari beliau yang tawadhu' juga terbentuk dari sini. Beliau mencukupkan diri dengan riwayat lalu selebihnya berkata, "Aku tidak tahu", yang ucapan ini disebutnya sepertiga ilmu. Seorang utusan dari Maroko pernah amat kecewa, 40 pertanyaan titipan diajukan tapi hanya 8 yang dijawab. "Tiga bulan perjalanan kutempuh untuk menjumpaimu dengan pertanyaan dari kaumku", ujarnya, "Apa yang nanti harus kukatakan pada mereka?"
"Katakan saja", ujar Sang Imam penuh wibawa, "Bahwa Malik tidak tahu."
Hal menarik terjadi ketika Imam Muhammad ibn Hasan Asy Syaibani, salah satu murid utama Imam Abu Hanifah mengunjungi Imam Malik dengan tak dikenali. "Bagaimana hukumnya", tanya Muhammad ibn Hasan, "Jika seorang lelaki yang sedang junub mendengar adzan. Tapi dia tak menemukan air untuk mandi, sedangkan dia tahu bahwa di dalam Masjid ada air."
"Orang junub tidak boleh masuk Masjid", jawab Imam Malik.
"Tapi dia mendengar adzan dan sudah seharusnya ikut shalat berjama'ah bukan?"
"Ya, tapi dia tidak boleh masuk Masjid sebelum bersuci."
"Jadi apa yang harus dia lakukan?", desak Imam Muhammad ibn Hasan.
"Aku tidak tahu", jawab Imam Malik.
Imam Muhammad ibn Hasan menghela nafas lalu berkata, "Seharusnya lelaki itu bersuci dengan tayammum dulu untuk masuk Masjid. Lalu dia mengambil air dari dalam Masjid kemudian keluar untuk mandi. Lalu masuk Masjid lagi untuk shalat." Sang penanya ini lalu mohon diri.
"Siapakah engkau ini?", tanya Imam Malik.
"Saya 'Abdullah, hamba Allah."
"Dan dari manakah?"
"Asal saya dari tanah", jawab Muhammad ibn Hasan lalu beranjak tanpa menoleh lagi.
Seorang murid yang sedari tadi memperhatikan bincang keduanya pun bertanya, "Benarkah Anda tidak mengenal orang itu ya Imam?"
"Siapa dia rupanya?"
"Dialah Muhammad ibn Hasan Asy Syaibani yang termasyhur, sahabat Abu Hanifah."
"Celaka, dia menipuku dengan mengatakan namanya 'Abdullah."
"Tapi kan memang benar dia itu hamba Allah?"
"Aku tetap tidak suka hal semacam itu."
Kisah ini adalah salah satu penanda ketegangan yang sering terjadi antara Madrasah Ahlil Atsar yang dipimpin Imam Malik dan para Ahli Hadits di Hijjaz dengan Madrasah Ahlir Ra'yi yang berpusat di 'Iraq dalam generasi murid-murid Imam Abu Hanifah seperti Al Qadhi Abu Yusuf dan Muhammad ibn Hasan.
Watak Fiqih 'Iraq yang karena sedikitnya hadits tersampai harus mengembangkan berbagai kaidah penyimpulan hukum menghadapi persoalan masyarakat yang lebih rumit menjadikan mereka terampil berlogika, berdebat, dan mendiskusikan berbagai persoalan yang tak terbayangkan di Hijjaz. Dua madrasah yang sebenarnya saling melengkapi ini, di kalangan para murid sering berolok satu sama lain.
Hingga akhirnya datanglah Al Imam Asy Syafi'i, murid terhebat Imam Malik tapi sekaligus juga murid terdahsyat Muhammad ibn Hasan Asy Syaibani. Pada beliau, kedua madrasah berpadu menjadi Ilmu Fiqih yang kokoh dalilnya sekaligus kuat metodologinya.
"Dulu Ahli Hadits tertidur", simpul Imam Ahmad ibn Hanbal, "Hingga Imam Asy Syafi'i datang membangunkan mereka; memahamkan mana umum mana khusus, mana nasikh mana mansukh, serta mana yang mujmal dan mana yang memerinci."
Mari senantiasa belajar dari mereka, terutama atas kalimat "Aku tak tahu." Tiada aib atas ungkapan itu, sebab dengannya Allah lah yang kan jadi guru, mengajarkan segala yang bermanfaat di dunia hingga akhir waktu.
Seperti Imam Malik yang sering mengatakannya, suatu hari di musim dingin beliau berpeluh. Maka bertanyalah Imam penduduk Mesir, Al Laits ibn Sa'd, "Apa yang membuatmu berkeringat?"
"Abu Hanifah", jawab Imam Malik. "Betapa pandainya orang itu." Lalu ketika Al Laits menyampaikan pujian Malik ini pada Abu Hanifah, begini jawab sang Imamul A'zham sembari mengambil nafas berat, "Malik, orang yang mendapatkan bagian terbanyak dari warisan Rasulillah ﷺ."
Rahimahumullahu ajma'in.
Gambar: menadah ilmu dan menyimak adab dari Abuya Sayyid Ahmad ibn Muhammad 'Alawy Al Malaki Al Hasani, di Rusaifah, Makkah.

@salimafillah

Comments

Popular posts from this blog

Kumpulan ceramah Ustadz Adi Hidayat Lc. MA

Adi Hidayat , Lahir di Pandeglang, Banten, 11 September 1984. Beliau memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI. Di dua sekolah dasar ini beliau juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang. Dalam program ini, beliau juga menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama. Dalam proses pendidikan dasar ini,  Adi Hidayat  kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama. Di madrasah ini, beliau juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri. Tahun 1997, beliau melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-...

INDIBATH (Disiplin)

Oleh : Asfuri Bahri Al-Indibath Az-Dzati Indibath adalah ciri utama yang menopang keberlangsungan dunia kerja seseorang. Tanpa indibath seseorang tidak mungkin mampu mencapai kesuksesan yang pernah menjadi impian dalam hidupnya. Ada beberapa pengertian tentang indibath. Di antaranya, indibath adalah kedisiplinan diri atau penguasaan terhadap diri seperti yang disebutkan dalam sebuah atsar, “Jihad terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu.” (Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, yaitu jihad melawan nafsu). Rasulullah memuji orang yang senantiasa mempunyai control dalam kondisi pelik dan tidak terbawa oleh nafsu syahwat. Beliau bersabda, إن الله يحب البصر الناقد عند ورود الشبهات والعقل الكامل عند هجوم الشهوات “Sesungguhnya Allah menyukai pandangan yang kritis di saat banyaknya syubuhat dan otak yang sempurna di saat serangan syahwat.” Mengendalikan diri adalah tahapan pertama dan terakhir untuk merealisasikan kesuksesan hidup. Karena pada dasarnya mu...

Jika Kacang Lupa Kulitnya

Hal yang wajar bila seorang makin berharap menjadi kaya, orang bodoh bercita-cita menjadi pintar, pejabat rendahan menginginkan jabatan yang tinggi. Seorang pengangguran ingin cepat mendapat pekerjaan tetap, seorang politisi ingin segera mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Semua keinginan di atas wajar dan boleh-boleh saja. Agama tidak melarang. Bahkan Allah membuka pintu do'a bagi mereka yang punya berbagai harapan. Jika dimohon dengan sungguh-sungguh, Allah pasti mengabulkan. Adapun banyak sedikitnya, dalam tempo segera atau ditunda, semua bergantung pada kemurahan Tuhan. Pada dasarnya semua yang ditimpakan kepada manusia baik atau buruk adalah ujian. Tapi ternyata hanya mereka yang ditimpa keburukan saja yang merasa diuji, sementara yang diberi kebaikan merasa dikasihi. Padahal bisa jadi yang ditimpa keburukan itu justru yang menjadi kekasih Tuhan. "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada K...