1. Makna Dzikir
Setiap muslim pasti sudah
mengetahui dan memahami bahwa dzikir
itu merupakan sesuatu yang sangat penting dan besar faedahnya, dimana
dzikir merupakan amal yang efektif yang
dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana dijelaskan
oleh Allah dalam firman-Nya di surat
Al-Ahzab: 41
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya
di waktu pagi dan petang hari”.
Dalam ayat ini
Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk banyak bedzikir kepada-Nya; karena
pada hakikatnya seorang hamba memang sangat perlu berdzikir mengingat Allah.
Bahkan merupakan kebutuhan yang sangat urgen. Ada sebuah perumpamaan bagi orang yang selalu
berdzikir seperti orang yang dikejar musuh dan ia bersegera berlindung di
sebuah benteng yang kokoh, sehingga
berhasil menyelamatkan diri dari ancaman musuh.
Orang yang selalu berdzikir insya Allah aman dari gangguan syetan dan
dijaga dari mengikuti hawa nafsu yang tidak baik, bukankah ia berada dibenteng
yang kokoh yaitu penjagaan Allah SWT.
Pengertian
dzikir bisa berarti mengingat Allah SWT dengan banyak menyebut nama-Nya, baik
secara lisan maupun di dalam hati. Seperti banyak menyebut Subhanallah wabi
hamdihi subhanallah al ‘azim
Dua kalimat diatas
seperti yang disabdakan Rasulullah saw merupakan kalimat yang ringan di ucapkan
oleh lisan tapi sangat berat timbangan dan sangat dicintai oleh Allah. Sebagaimana Nabi bersabda:
كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ فِي الِّلسَانِ
ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ مَحْبُوْبَتَانِ إِلىَ الرَّحْمَنِ : سُبْحَانَ
اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ العَظِيْمِ
“Dua kalimat yang begitu ringan diucapkan lisan dan sangat berat
ditimbangan serta dangat disukai oleh Allah SWT yang Maha Pengasih, adalah
Subhanallah wabihamdihi subhanallah hil adzim”.
Dan berdzikir juga
bisa berarti mengingat Allah dalam berbagai keadaan, bagaimanapun keadaannya ia tetap mengingat
Allah. Ia selalu merasa dilihat dan diawasi segala gerak geriknya oleh Allah.
Sehingga dimanapun berada ia tidak berani melakukan hal yang dilarang oleh
Allah. Contoh : Puasa, ketika kita berpuasa kita menahan lapar dan haus
serta menahan dari perkataan dan
perbuatan yang tidak baik. Hal ini kita lakukan setiap hari sampai satu hulan
di bulan romadhan. Puasa melatih pikiran
dan hati kita untuk memahami bahwa Allah
mengetahui segala perbuatan yang kita lakukan. Dengan demikian kita tidak berani melakukan hal-hal yang dilarang
oleh Allah. Inilah makna dzikir kepada
Allah .
Allah SWT berfirman :
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ
قِيَامًا وَقُعُوْدًا وَعَلىَ جُنُوْبٍهٍمْ
“(Yaitu) Mereka yang berdzikir (mengingat) kepada Allah saat
berdiri, duduk dan saat berbaring”. (Ali Imron :
2. Hakikat Dzikir
Dzikir dan
seluruh amal shalih sangat erat kaitannya dengan ketenangan bathin. Dan
ketenangan bathin itu sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan hidup. Seorang
salafushalih yang tinggal sendirian di tengah padang pasir pernah ditanya, “Apakah engkau
tidak merasa terancam? Ia mengatakan, “Apakah ada orang yang merasa terancam
dan khawatir bersama Allah?” jawabnya. Tak jauh maknanya dengan apa yang
diungkapkan oleh Muslim bin Yasar, yang mengatakan, “Tak ada kenikmatan yang
melebihi kenikmatan sendiri menghadap Allah dalam sepi (berkhalwat).”
Rumah orang
yang melakukan dzikrullah akan bercahaya bak bintang. Seperti disebutkan dalam
sebuah hadits, Abu Hurairah menyampaikan sabda Rasulullah saw bahwa Allah akan
menerangi rumah orang yang berdzikir hingga rumah itu akan terllihat oleh
penduduk langit. “Sesungguhnya penghuni langit melihat rumah-rumah ahli dzikir
yang diterangi oleh dzikir mereka. Sinar itu bercahaya seperti bintang bagi
penduduk bumi,” ucap Rasulullah saw. Tepatlah jawaban imam Hasan al Bashri saat
ditanya seorang pemuda, “Kenapa orang yang gemar melakukan shalat tahajjud
wajahnya enak dipandang?” Ia mengatakan, “Bagaimana tidak, mereka telah
berkhalwat dengan yang Maha Pengasih kemudian Allah pasti memberikan cahaya-Nya
pada orang tersebut.”
Lihatlah
betapa ketenangan yang dirasakan oleh Abu Bakar bin Ayash, salah seorang tokoh
Tabi’in. Ketika menjelang maut, ia berkata pada anaknya, “Apakah engkau mengira
Allah akan menyia-nyiakan ayahmu yang selama empat puluh tahun sudah
mengkhatamkan Al Qur`an hampir setiap malam?” Sementara itu, Adam bin Iyas,
tokoh Tabi’in yang lain, ketika akan meninggal mengatakan, “Dengan cintaku
kepada-Mu, Engkau pasti menemaniku pada saat ketakutan.” Ia mengucapkan, “Laaa
ilaaha illa Llah…” kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir….
Sebaik-baik perbuatan yang dapat dilakukan seseorang
dalam nafas hidupnya, paling bermanfaat waktu yang diluangkan adalah berdzikir
kepada Allah SWT, apalagi di iringi dengan berdoa kepada-Nya, karena yang
demikianlah hidup menjadi bermakna dan waktu menjadi berharga, jiwa yang kian
hari beretambah menjadi berbobot, bahkan memiliki aspek kebahagiaan, ketenangan,
ketentraman dan kelapangan dalam setiap gerak dan aktivisnya, dzikir merupakan kunci
segala kebaikan hamba didunia dan diakhirat.
Tidak dipungkiri bahwa Nabi
saw sebagai pemberi nasehat umatnya, memberikan warisan yang baik seperti
mahajjah baidla (kuda putih) yang cemerlang, jalan yang jelas dalam menuntun
pengikutnya untuk berdzikir dan berdoa, menuntun segala kebaikan di dunia dan
akhirat, tidak ada yang baik kecuali beliau telah memberikan dalil (petunjuk)
nya, memotivasi untuk bermulazamah dengannya. Allah berfirman :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ
أَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّم حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ
بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
“Telah datang kepada kalian seorang Rasul dari golongan kalian
sendiri, sangat belas kasih terhadap penderitaan kalian, bersemangat atas
kalian untuk beriman, pemaaf dan kasih sayang”. (At-taubah : 128)
هُوُ الَّذِي بَعَثَ فِي الأُمِّيِّيْنَ
رَسُوْلاً مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِهِ وَيُرَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَقِيْ ضَلاَلٍ مُبِيْنٍ
“Dialah
(Allah) yang telah mengutus ditengah umat yang ummi seorang Rasul dari kalian,
membacakan kepada kalian ayat-ayat-Nya, membersihkan jiwa kalian dan
mengajarkan kitab dan hikmah, padahal sebelumnya mereka sebelumnya dalam
keadaan sesat yang nyata”. (Al-Jumu’ah :
2)
3. Perintah
kewajiban berdzikir
Dzikir merupakan kewajiban hamba kepada Allah SWT, karena
dengan berdzikir seorang hamba akan selalu ingat Allah dan kewajiban yang harus
dijalankan dari mengingat Allah. Sebgaimana berdzikir juga merupakan kewajiban
karena dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan bagaimanapun keadaannya,
dzikir merupakan ibadah yang mudah dilakukan tidak memiliki syarat yang berat
seperti amal ibadah yang lainnya. Adaun diantara dalil kewajiban berdzikir
adalah beberapa firman Allah berikut ini :
Allah berfirman :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Maka ingatlah kepada-Ku niscaya Aku akan ingat kepadamu” (Al-Baqoroh : 152)
وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
“Dan sungguh dzikir kepada
Allah adalah lebih besar (pahala dan manfaatnya)”. (Al-Ankabut : 45)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا
اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا.
“Wahai orang-orang yang
beriman berdzikirlah kamu kepada Allah dengan dzikir yang banyak dan
bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang”. (Al-Ahzab : 41-42)
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا
وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Dan orang-orang yang
berdzikir laki-laki dan berdzikir dari wanita maka Allah siapkan bagi mereka ampunan
dan ganjaran yang besar”. (Al-Ahzab : 35)
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ
بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
“Dan berdzikirlah kepada
Tuhanmu dengan banyak dan bertasbihlah pada waktu pagi dan petang”. (Ali Imron : 41)
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
“Mereka yang berdzikir kepada
Allah pada saat berdiri, duduk dan berbaring”. (Ali Imron : 191)
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ
فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا
“Maka jika kalian telah
selesai menunaikan ibadah kalian maka berdzikirlah kepada Allah sebagaimana
yang telah dilakukan oleh orang tua kalian (sebelumnya) atau lebih banyak
dzikirnya (dari mereka)”. (Al-Baqoroh :
200)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ
“Wahai orang-orang yang
beriman janganlah harta dan anak-anak kamu membuat kamu lalai dari berdzikir
kepada Allah”. (Al-Munafiqun : 9)
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ
وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ
“Kepada-Nya ucapan-ucapan
yang baik itu akan naik dan perbuatan shalih akan meninggikan derajatnya”. (Fathir : 10)
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا
وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا
تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
“Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam diri
kamu dengan penuh ketundukan dan rasa takut dan tanpa dikeraskan dari ucapan
(tersebut) pada saat pagi dan petang dan janganlah kemu menjadi orang yang
lalai”. (Al-A’raf : 205)
4. Pembagian Dzikir
Orang-orang mempunyai bashiroh (mata hati) mengetahui
bahwa dzikir merupakan amalan paling utama. Akan tetapi dzikir juga mempunyai empat
lapisan kulit. Ada
kulit yang lebih dekat dengan biji daripada kulit yang lain, karena dibalik kulit-kulit itu ada
biji (intisari). Kulit-kulit itu dimuliakan karena merupakan jalan menuju biji.
Lapisan kulit teratas (pertama) adalah dzikir lisan saja. Yang kedua
adalah dzikir hati. Bila ia selaras dengan dzikir lisan, maka ia akan
hadir bersama dzikir. Bila hati dibiarkan bersama karakternya, niscaya ia
berkeliaran melayang-layang di alam fikiran (lamunan). Lapisan ketiga, dzikir
harus bisa menguasai hati, sehingga perlu memaksanya agar tidak beralih
kepada lainnya sebagaimana pada lapisan kedua diperlukan adanya pemaksaan hati
agar dzikir tetap bersamanya. Lapisan keempat adalah esensi dzikir,
yaitu bila Allah menjadi objek dzikir betul-betul tertanam kuat di dalam hati.
Bahkan dzikir itu sendiri sirna dan tersembunyi. Itulah esensi dzikir yang
dimaksud. Hal itu disebabkan ia tidak lagi memperhatikan dzikir maupun hati
akan tetapi ia hanya mengingat Allah yang disebutnya. Bila dalam kondisi ini
masih terdapat indikasi adanya perhatian terhadap dzikir, maka sebenarnya hal
itu justru merupakan hijab yang menyibukkan. (40 prinsip agama-sepuluh prinspi
dasar amal-amal lahiriyah, Imam Al-Ghazali, hal 70)
Dzikir mencakup tujuan
hidup sebenarnya, tujuan yang tinggi, yang memiliki kebaikan, manfaat, berkah,
faedah yang banyak dan nilai positif yang tidak mungkin disepelekan atau
disia-siakan begitu saja. Yang berjalan diatasnya akan mendapatkan ketenangan,
keselamatan, ketentraman dan kebahagiaan, berbeda dengan dzikir dan doa yang
dibuat-buat oleh orang lain, kadang terkandung didalamnya beban, pertentangan,
bid’ah atau syirik dan lain-lainnya dari kesalahan dan kesesatan yang dilakukan
oleh orang yang tidak memberikan hidayah untuk kehidupan manusia, bisa saja dzikir
tersebut benar namun dzikir yang ma’tsur seperti yang diajarkan oleh Rasulullah
saw lebih baik, lebih lurus dan lebih sempurna, apalagi bagi pelakunya akan
mendapatkan ganjaran yang besar, meraih kebaikan yang berlimpah, dan
mendappatkan keutamaan yang beragam; didunia dan diakhirat. Maka dari
itu,barangsiapa yang rajin membaca dzikir dan doa pada waktu-waktu dan keadaan
yang berbeda sesuai dengan arahan dan ajaran dalam kitabullah dan sunnah
Rasulullah saw; saat dipenghujung waktu shalat, waktu pagi dan sore, saat akan
tidur dan setelah bangun dari tidur, saat akan pergi dan keluar dari rumah dan
lain sebagainya maka akan ditulis oleh Allah sebagai ahli dzikir yang banyak
kepada Allah dan akan diberikan ganjaran yang terbaik dan ampunan dari Allah
SWT.
5. Adab-adab dzikir :
a.
Dilakukan dengan penuh
khusu’ dan khidmat.
b.
Hendaknya menggunakan
bacaan yang ma’tsur baik ayat ataupun hadits nabi saw.
c.
Tidak dilakukan dengan
tergesa-gesa dan cepat.
d.
Sebaiknya dalam
keadaan (bersuci) berwudlu
e.
Memulai dengan tahmid,
tasbih dan tahlil kemudian shalawat nabi.
f.
Dilakukan dengan suara
yang tidak keras dan tidak terlalu pelan.
6. Keutamaan
berdzikir
Dzikir
merupakan perbuatan yang sangat penting dalam kehidupan insan. Dengannya justru
kehidupan insan akan lebih bermakna dan tidak sia-sia, dzikir akan dapat
melanggengkannya untuk selalu taat kepada Allah, merasa selalu diawasi dan
selalu berada dalam naungan-Nya. Sebagaimana dzikir juga akan memberikan
ketenangan dan ketentraman hati dan jiwa kita, serta akan memberikan
keselamatan hidup kita baik di dunia dan diakhirat.
Allah
berfirman dalam surat
Ar-Ra’ad ayat 28 :
أَلا
بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah bahwasanya dengan mengingat Allah hati akan
menjadi tentram”
Adapun
keutamaan dzikir adalah sebagai berikut :
a.
Orang yang berdzikir hatinya selalu hidup
عَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِي رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « مَثَلُ الَّذِي
يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مِثْلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ »
. متفق عليه .
وَلَفْظُ مُسْلِمٍ : « مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي
يَذْكُرُ اللهَ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي لاَ يَذْكُرُ اللهَ فِيْهِ مِثْلُ
الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ » . رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Musa Al-
Asy’ari ra berkata : Nabi saw bersabda : Perumpamaan orang yang berdzikir
kepada Tuhannya dengan orang yang tidak berdzikir kepada Tuhannya adalah
seperti orang yang hidup dan yang mati”.
(Muttafaqun alaih)
Dan dalam lafadz riwayat
imam Muslim : “Perumpaan rumah yang didalamnya berdzikir kepada Allah dan rumah
yang didalamnya tidak berdzikir kepada Allah adalah seperti orang hidup dan
orang yang mati”.
b.
Orang yang berdzikir akan mendapat naungan dan rahmat
dari Allah
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي
سَعِيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُمَا شَهِدَا عَلَى النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : « لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ
اللهَ إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ ، وَنَزَلَتْ
عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ » . رواه مسلم
Dan dari Au Hurairah ra
dan Abu Said ra keduanya menyaksikan bahwa Nabi saw telah bersabda : “Tidaklah
duduk suatu kaum yang berdzikir kepada Allah kecuali para malaikat
mengelillingi mereka, rahmat meliputi mereka dan turun ketegnanan atas mereka,
dan Allah akan selalu menyebutnya pada siapa yang ada disisi-Nya”. (HR. Muslim)
c. Orang yang berdzikir menjadi orang yang
istimewa disisi Allah
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : « كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسِيْرُ
فِي طَرِيْقِ مَكَّةَ فَمَرَّ عَلَى جَبَلٍ يُقَالُ لَهُ جَمْدَان فَقَالَ : سِيْرُوا
هَذَا جَمْدَان ، سَبَقَ الْمُفَرِّدُوْنَ. قَالُوْا : وَمَا الْمُفَرِّدُوْنَ يَا
رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : الذَّاكِرُوْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتُ » .
رواه مسلم
Dari Abu Hurairah ra
berkata : Saat Rasulullah saw berjalan disuatu simpang kota Makkah lewatlah
sekelompok orang yang dinamakan jamdan, beliau bersabda : “Berjalanlah wahai
Jamdan, telah berlalu Al-Mufarridun”. Mereka bertanya : Apa yang anda maksud
dengan al-Muafarridun wahai Rasulullah ? beliau bersabda : “Mereka yang selalu
berdzikir kepada Allah dengan banyak baik laki-laki dan perempuan”. (HR. Muslim)
a.
Allah akan kabulkan
segala permohonan
وَعَنْهُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « إِنَّ للهِ مَلاَئِكَةٌ
، يَطُوْفُوْنَ فِي الطَّرُقِ يَلْتَمِسُوْنَ أَهْلَ الذِّكْرِ ، فَإِذَا وَجَدُوا
قَوْمًا يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَنَادُوْا : هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ ، قَالَ : فَيَحْفَوْنَهُمْ
بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا ، قَالَ : فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ
عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ : مَا يَقُوْلُ عِبَادِي ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ
: يُسَبِّحُوْنَكَ وَيُكَبِّرُوْنَكَ وَيَحْمَدُوْنَكَ وَيُمَجِّدُوْنَكَ ، قَالَ
: فَيَقُوْلُ عَزَّ وَجَلَّ : هَلْ رَأَوْنِي ؟ قَالَ : فَيَقُوْلُوْنَ : لاَ وَاللهِ
مَا رَأَوْكَ ، قَالَ : فَيَقُوْلُ : كَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ
: لَوْ رَأَوْكَ كَانُوْا أَشَدُّ لَكَ عِبَادَةً ، وَأَشَدُّ لَكَ تَمْجِيْدًا ،
وَأَكْثَرُ لَكَ تَسْبِيْحًا ، قَالَ : فَيَقُوْلُ : فَمَا يَسْأَلُوْنِي ؟ قَالَ
: يَسْأَلُوْنَكَ الْجَنَّةَ ، قَالَ : يَقُوْلُ : وَهَلْ رَأَوْهَا ؟ قَالَ : فَيَقُوْلُوْنَ
: لاَ وَاللهِ يَا رَبُّ مَا رَأَوْهَا ، قَالَ : يَقُوْلُ : فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا
؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : كَانُوْا أَشَدُّ عَلَيْهَا حِرْصًا ، وَأَشَدُّ لَهَا طَلَبًا
، وَأَعْظَمُ فِيْهَا رَغْبَةً ، قَالَ : فَمِمَّ يَتَعَوَّذُوْنَ ؟ قَالَ :
يَقُوْلُوْنَ : مِنَ النَّارِ ، قَالَ : يَقُوْلُ : وَهَلْ رَأَوْهَا ؟ قَالَ : فَيَقُوْلُوْنَ
: لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا ، قَالَ : يَقُوْلُ : فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا
؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : كَانُوْا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا ، وَأَشَدُّ لَهَا مَخَافَةً
، قَالَ : فَيَقُوْلُ : فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ . قَالَ : يَقُوْلُ
مَلَكٌ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ : فِيْهِمْ فُلاَنٌ لَيْسَ مِنْهُمْ ، إِنَّمَا جَاءَ
لِحَاجَةٍ ، قَالَ : فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : هُمُ الْجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ
جَلِيْسُهُمْ » . رواه البخاري ومسلم
Dan dari Abu Hurairah ra
berkata : Rasulullah saw bersabda : “Bahwa memiliki malaikat yang selalu
berkeliling dijalan-jalan mencari orang yang berdzikir, jika mereka mendapati
kaum yang sedang berdzikir kepada Allah maka mereka menyeru : Marilah kemari
sampaikan kebutuhan kalian, dia berkata : kemudia mereka pergi dengan sayap
mereka menuju langit dunia, beliau berkata : mereka meminta kepada Tuhan
mereka, dan Allah lebih mengetahui dari mereka bertanya : Apa yang dilakukan
hamba-hamba-Ku ? mereka berkata : mereka sedang bertasbih, bertakbir, bertahmid
dan memuji-Mu, Nabi berkata : sekiranya mereka meliahtmu pasti mereka akan
lebih giat lagi beribadah dan memuji-Mu, akan lebih benyak bertasbih, beliau
berkata : Allah bertanya : Apa yang mereka minta ? mereka menjawab : mereka
meminta kepada-Mu surga. Beliau berkata : Allah berkata : Apakah mereka telah
melihatnya ?Beliau berkata : mereka berkata : Tidak, demi Allah wahai Tuhan,
mereka tidak melihatnya, beliau berkata : Allah berkata : bagaimana sekiranya
mereka melihatnya ? beliau berkata : mereka berkata : pasti mereka lebih
semangat melakukan dan memintanya, dan besar keinginan untuk menggapainya,
beliau berkata : lalu terhadap apa mereka memohon perlindungan ? beliau berkata
: mereka berkata : dari api neraka, beliau berkata : Allah berkata : Apakah
mereka melihatanya ? beliau berkata : mereka menjawab : tidak demi Alalh wahai
Tuahn mereka tiedak pernah melihatnya, baliau bersabda : Allah berkata :
bagaimana sekiranya mereka melihatnya ? Beliau bersabda : mereka menjawab :
mereka pasti akan cepat lari dan lebih takut, beliau bersabda : Allah berkata :
Maka saksikanlah sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka. Beliau bersabda :
salah dari para malaikat berkata : diantara mereka ada Fulan bukan dari mereka,
mereka hadir karena suatu kebutuhan,
beliau bersabda : Allah berkata : Mereka ikut duduk dengan mereka dan
tidak akan celaka mereka yang duduk diantara mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
b.
Amalan yang dapat meneguhkan jiwa dan diri
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بَسْرٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : « أَنَّ رَجُلاً قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ! إِنَّ شَرَائِعَ
الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ ، فَأَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ . قَالَ
: لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رُطَبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ » . رواه الترمذي وابن ماجه. )أتشبث
به : أي أستمسك به (.
Dari Abdullah bin basar
ra : bahwa seseorang berkata kepada Rasul, wahai Rasulullah ! sesunggunya
syariat Islam telah banyak atasku, beritahukan kepadaku apa yang harus saya
pegang teguh dengannya. Beliau bersabda : “Hendaknya lisanmu selalu basah dari
berdzikir kepada Allah”. (HR. Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
f. Allah membanggakannya dihadapan para
malaikat
وَعَنْ أَبِي سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : « خَرَجَ مُعَاوِيَةٌ عَلَى حَلَقَةٍ فِي الْمَسْجِدِ
فَقَالَ : مَا أْجْلَسَكُمْ ؟ قَالُوا : جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللهَ . قَالَ : آللهُ
مَا أَجْلَسَكُمْ إِلاَّ ذَاكَ ؟ قَالُوا : وَاللهِ مَا أَجْلَسْنَا إِلاَّ ذَاكَ
، قَالَ : أَمَّا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفَكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ ، وَمَا كَانَ أَحَدٌ
بِمَنْزِلَتِي مِنْ رَسُول اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَلُّ عَنْهُ حَدِيْثًا
مِنِّي ، وَإِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى حَلَقَةٍ
مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ : " مَا أَجْلَسَكُمْ ؟ قَالُوا : جَلَسْنَا نَذْكُرُ
اللهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلإِسْلاَمِ وَمَنْ بِهِ عَلَيْنَا . فَقَالَ
: آللهُ مَا أَجْلَسَكُمْ إِلاَّ ذَاكَ ؟ قَالُوْا : وَاللهِ مَا أَجْلَسْنَا إِلاَّ
ذَاكَ ، قَالَ : أَمَّا إِنِّي لَمْ أَسْتَحْلِفُكُمْ تُهْمَةً لَكُمْ ، وَلَكِنَّهٌ
أَتَانِي جِبْرِيْلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلاَئِكَةَ
» . رواه مسلم. قَوْلُهُ : " تُهْمَةً لَكُمْ " أَيْ : شَكًّا فِي صِدْقِكُمْ.
Dari abu Sa’id
Al-Khudriyyi ra berkata : suatu ketika Muawiyah keluar menuju halaqah yang ada
didaam masjid, dia berkata : Apa yang kalian duduk disini ? mereka berkata :
kami duduk berdzikir kepada Allah. Dia berkata : Apakah hanya Allah yang
membuat kalian duduk bukan yang lainnya ? mereka berkata : Demi Allah tidak ada
tujuan lain kami duduk kecuali itu. Dia
berkata : saya tidak pernah menuduh kalian, tidaklah salah seorang berada
ditempat Rasulullah saw lebih sedikit mendapatkan hadits dariku, dan ketika Rasulullah saw keluar menuju halaqah para
sahabat, beliau berkata : Apa yang kalian lakukan duduk disini ? Kami duduk berdzikir
kepada Allah, memuji Allah atas hidayah yang telah diberikan kepada kami dan
seseorang yang dengannya kami mendapat hidayah. Beliau berkata : Apakah karena
Allah kalian duduk bukan yang lain ? mereka berkata : demi Allah kami duduk
karena Allah bukan yang karena yang lain, beliau berkata : Saya tidak menuduh
kalian yang bukan-bukan, namun telah datang kepadaku Jibril dan mengabarkan kepadaku bahwa Allah
membanggakan kedudukan kalian ditengah para malaikat” (HR. Muslim) beliau berkata : tuduhan maksudnya adalah
ragu akan ucapan kalian.
g. Allah akan mengingat melebihi orang yang
mengingat-Nya
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « قَالَ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي
، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ
ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٌ مِنْهُ » . رواه البخاري ومسلم.
Dari abu Hurairah ra
berkata : nabi saw bersabda ; Allah SWT berfirman : “Saya berada menurut dugaan
hamba-Ku, dan Aku bersamanya jika berdzikir kepada-Ku, jika dia berdzikir dalam
dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika dia berdzikir
didalam sekelompok orang maka Aku akan mengingatnya disekelompok yang lebih
baik dari mereka”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
h.
Ibadah yang
paling baik, paling suci dan paling tinggi derajatnya disisi Allah.
وَعَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « أَلاَ
أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ ، وَأَرْفَعَهَا
فِي دَرَجَاتِكُمْ ، وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرَقِ ، وَخَيْرٌ
لَكُمْ مِنْ أَنْ تُلْقُوا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ
؟ قَالُوا : بَلَى ، قَالَ : ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى » . رواه الترمذي وابن ماجه. الْوَرَقُ
: الْفِضَّةُ .
Dari Abu Darda ra
berkata : Rasulullah bersabda : “Maukah aku beritahukan sebaik-baik perbuatan,
lebih bersih dan suci dihadapan Tuhan kalian dan labih tinggi derajatnya, dan
lebih baik dari berinfaq dengan emas dan perak, bahkan lebih baik dari kalian
berjumpa dengan musuh lalu kalian penggal leher mereka dan mereka memenggal
leher kalian (syahid) ? mereka berkata : Tentu, Nabi bersabda : Dzikir kepada
Allah”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Comments
Post a Comment